kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intermittent Fasting Efektif Turunkan Berat Badan, Ini Cara Melakukannya dengan Benar


Senin, 08 Agustus 2022 / 15:53 WIB
Intermittent Fasting Efektif Turunkan Berat Badan, Ini Cara Melakukannya dengan Benar
ILUSTRASI. Intermittent Fasting Efektif Turunkan Berat Badan, Ini Cara Melakukannya dengan Benar.


Penulis: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID - Ada banyak metode diet yang diketahui masyarakat, salah satunya adalah diet intermittent fasting atau dikenal juga dengan diet puasa. 

Bersumber dari Institut Pertanian Bogor (IPB), secara harfiah, intermittent fasting memiliki arti puasa berselang. 

Seperti artinya, intermittent fasting merupakan metode pengaturan pola makan dimana seseorang berpuasa di waktu tertentu dan makan di waktu yang lain. 

Dokter Mira Dewi, Dosen Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, menjelaskan, intermitent fasting dianggap dapat menurunkan berat badan secara lebih sehat.

Jenis diet ini juga tidak mengatur jenis pangan tertentu untuk dikurangi atau tidak dikonsumsi saat fase makan. 

Baca Juga: Sejarah Singkat Berdirinya ASEAN, Tujuan, Negara Anggota, dan Karakteristiknya

Orang yang menjalani diet tidak boleh makan tapi masih boleh minum yang mengandung nol kalori. Contoh, minuman nol kalori yaitu air putih, teh tanpa gula, kopi atau minuman herbal rempah tanpa gula.

"Malah dianjurkan untuk memperbanyak asupan cairan, lalu pada periode puasa boleh makan apa saja tanpa pembatasan kalori. Namun disarankan tidak makan sebanyak-banyaknya, makan seperti biasa saja," ujarnya, seperti dikutip dari situs IPB.

Cara melakukan intermittent fasting yang benar

Metode diet ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan pembagian waktu. Misalnya, metode intermittent fasting 16/8, yakni dengan membagi 16 jam untuk puasa dan delapan jam untuk makan. 

Metode 14/10 dilakukan dengan 14 jam fase berpuasa dan 10 jam fase makan. Ada juga alternatif lain yaitu metode alternate day fasting, yakni dengan berpuasa 24 jam dan lalu dilanjutkan dengan fase makan pada 24 jam berikutnya. 

Metode ini bisa disebut puasa sehari dan sehari tidak puasa. Namun, metode ini tidak disarankan untuk pemula karena terbilang cukup ekstrem. 

"Intermittent fasting ini dapat meningkatkan pembakaran lemak dan meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin yang akan menurunkan risiko terjadinya diabetes," jelasnya.

Menurut dokter Mira Dewi, penelitian terkait diet ini terhadap profil lipid juga menunjukkan bahwa nilai LDL dapat diturunkan dan nilai HDL naik. Efek ini diperoleh karena diberikannya waktu istirahat bagi saluran cerna. 

Tubuh perlu istirahat agar dapat memberikan waktu bagi peremajaan sel. Dengan metode ini, tentu kesempatan tubuh untuk memperbaiki diri akan lebih lama.

Hal yang perlu diperhatikan dalam intermittent fasting

Dia menambahkan, beberapa hal yang harus diperhatikan agar diet ini dapat berjalan lancar di antaranya memilih metode yang pas dengan tujuan diet dan kemampuan tubuh. 

Selanjutnya, konsultasi ke ahli gizi untuk menentukan metode yang tepat, memperbanyak minum air putih serta mengatur fase puasa saat jam tidur untuk memudahkan melewati waktu tanpa makan.

Baca Juga: Lulusan SMA/SMK Bisa Ikut Program Magang Bank BCA, Ini Syarat & Lokasi Penempatannya

Pada saat fase makan, seseorang harus mengingat tiga hal yaitu: Makan hanya pada saat lapar, makan dengan cukup dan makan makanan bergizi seimbang.

Faktor tidak kalah penting dalam menjalani diet intermittent fasting adalah mengatur fase puasa agar sesuai dengan ritme tubuh. 

"Beberapa orang lebih cocok untuk menunda waktu sarapan, sedangkan orang lain mungkin lebih memilih mempercepat makan malam. Apapun fase yang dipilih, yang penting juga adalah memastikan agar tubuh memiliki energi cukup untuk beraktivitas," imbuh dokter Mira Dewi.

Bila tujuan berdiet ini untuk menurunkan berat badan, lanjutnya, maka akan lebih efektif bila diiringi dengan olahraga. Namun tentu jangan memaksakan diri untuk berpuasa bila merasa lemas. 

"Diet ini sebenarnya lebih ditujukan untuk orang dewasa. Untuk mahasiswa sebaiknya jangan meninggalkan sarapan. Bila mau berpuasa, waktu menunda sarapan tidak boleh terlalu lama," sarannya. 

Diet ini bisa menjadi opsi diet yang baik bila dijalankan dengan tepat. Bila tidak dijalankan dengan tepat, alih-alih menurunkan berat badan malah tidak bisa beraktivitas dengan optimal karena merasa lemas. 

Pengguna diet intermittent fasting juga tidak boleh terburu-buru ingin mendapat hasil dengan menyiksa diri. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan utamakan kesehatan tubuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×