kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hasil survei: Ibu menyusui sulit pertahankan ASI eksklusif selama pandemi


Minggu, 08 Agustus 2021 / 12:40 WIB
Hasil survei: Ibu menyusui sulit pertahankan ASI eksklusif selama pandemi


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 sedikit banyak ternyata cukup berpengaruh pada pemberian asi ekslusif untuk bayi. Studi yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) menunjukkan ternyata 62% tenaga kesehatan di layanan primer kesulitan untuk mempertahankan ibu agar memberikan asi eksklusif selama masa pandemi.

Penelitian mengungkapkan situasi tersebut ternyata terjadi karena ketidak-tersediaannya layanan pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring, sementara hampir 50% pasien ibu hamil dan menyusui memutuskan untuk mengurangi jumlah kunjungan serta posyandu dan puskesmas mengurangi pelayanan ibu hamil dan menyusui.

“Ini bisa mengakibatkan ibu menyusui gagal ASI eksklusif karena selama ini peran tenaga kesehatan sangat kritikal dalam keberhasilan menyusui”, ungkap Dr. Ray Wagiu Basrowi dalam diskusi Pekan Raya Asi Sedunia 2021, Rabu (4/8).

Baca Juga: UPDATE Vaksinasi corona di Jakarta, Sabtu 7 Agustus 2021, sudah mencapai 92%

Selain tidak adanya layanan pemantauan dan telekonsultasi menyusui secara daring, rupanya 66% tenaga kesehatan di layanan primer ini juga tidak pernah mendapatkan pelatihan menyusui khusus manajemen laktasi untuk menghadapi pandemi. Mereka juga mengaku tidak mendapatkan informasi mengenai menyusui yang aman selama masa pandemi dan tidak ada fasilitas khusus menyusui untuk ibu yang terkonfirmasi Covid-19.

Menurut Dr Ray jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan berpengaruh pada turunnya angka asi eksklusif Indonesia. Belum lagi anak-anak di Indonesia akan dibayangi potensi risiko kesehatan jangka panjang. “Padahal selama ini Indonesia tergolong negara dengan dengan jumlah konselor asi yang rendah,” imbuhnya.

Baca Juga: Ini ciri-ciri bayi tumbuh gigi yang perlu diketahui orang tua

Terkait temuan tersebut, tim peneliti HCC memberi rekomendasi agar tenaga kesehatan dapat melakukan sistem penjadwalan kunjungan yang telah disepakati ibu sebelumnya, atau bisa juga melalui konseling daring seperti  Whatsapp/SMS dan telepon. Misalnya melalui penyelenggaraan Posyandu daring/online, Kelas ibu menyusui daring/online dan pengawasan ibu hamil dan menyusui berbasis daring/online.

Selanjutnya: Pertolongan Pertama Jika Ibu Hamil Terpapar COVID-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×