kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Freeletics: Bugar dengan kocek ringan


Sabtu, 25 April 2015 / 10:00 WIB
Freeletics: Bugar dengan kocek ringan
ILUSTRASI. Suka Makanan Pedas? Ini Manfaat & Bahaya Makan Makanan Pedas yang Perlu Diperhatikan.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Tri Adi

Pernah mendengar istilah freeletics? Jangan terburu kecil hati jika belum. Nama ini baru beredar di dunia dua tahun lalu. Di akhir 2013, freeletics mulai menarik perhatian orang-orang di sini melalui media internet.

Freeletics merupakan olahraga kebugaran yang nyaris tidak menggunakan alat apa pun. Kalaupun ada alat yang digunakan, paling hanya alat untuk menarik tubuh, atau pull up bar. Kebanyakan gerakan freeletics bisa dilakukan di rumah dengan bermodal matras sebagai alas.

Minimnya alat yang dibutuhkan bisa jadi salah satu penyebab freeletics cepat populer. Dalam waktu kurang dari dua tahun saja, dari negeri asalnya, Jerman, freeletics merambah ke banyak negara.

Gerakan freeletics yang terbilang sederhana juga membuat olahraga ini populer di kalangan tua maupun muda. Panduan gerakan freeletics dapat diunduh di Appstore atau Google Play.

Dalam aplikasi itu, ada sederet menu latihan dan gerakan lengkap beserta videonya. Jadi, Anda tak perlu merogoh kocek.

Dalam aplikasi itu, misalnya, ada panduan cara jumping jack atau melompat di tempat. Anda diajarkan bagaimana cara melompat yang benar, yaitu berdiri tegak lalu mulai melompat hingga lutut sejajar 180%, lalu diulangi secara terus-menerus.

Di Indonesia, situs media sosial turut mengangkat freeletics. Banyak penggiat olahraga ini yang memasang foto mereka di Instagram. Pada 2014, penggiat freeletics membentuk Komunitas Freeletics Indonesia (KFI).

Menurunkan berat badan Josephine Inggri Ayuningtyas, Media Relations KFI mengatakan, anggota komunitas itu berasal dari berbagai latar belakang, mulai ibu rumahtangga, pekerja hingga pengusaha.

Anggotanya menyebar di Jakarta, Sukabumi, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Samarinda, Bali, dan Makassar. Anggota KFI Jakarta lebih dari 200 orang, ujar dia, Jumat (17/4).

Tak ada persyaratan khusus bagi mereka yang ingin bergabung di KFI. Bahkan, komunitas ini tidak memungut iuran. Suka rela saja bayar keamanan dan kebersihan taman tempat latihan, imbuh dia. Setiap pekan, KFI menggelar kegiatan SweatCamp.

Ini adalah program latihan bersama yang berlangsung setiap Rabu pukul 19.30 di Pintu VIII Gelora Bung Karno (GBK)
Jakarta dan Sabtu pukul 8 pagi di Taman Kerinci Kebayoran.

KFI juga punya program FreeleticsOnTheGo. Program yang baru berjalan seminggu ini menawarkan pelatihan freeletics ke sejumlah perusahaan di Jakarta.

Josephine bergabung di KFI sejak April 2014. Wanita berusia 22 tahun ini tertarik freeletics karena menggemari atletik.

"Saya suka lari. Tapi, lari tidak membuat tubuh saya indah dilihat. Untuk membentuk massa otot, saya latihan freeletics tiga kali dalam sepekan," kata Josephine.

Anggota KFI lain adalah Alfi Firman Prasetya. Pria 24 tahun ini mengaku gemar freeletics karena bebas biaya. Kalau kita ke tempat gym butuh uang, kata dia.

Apalagi, sambung Alfi, manfaat freeleticsĀ  juga tak sedikit. Selain punya banyak teman baru di KFI, Alfi berhasil menurunkan berat badannya dari 113 kilogram (kg) menjadi 75 kg. "Badan saya jadi lebih sehat," katanya.

Anda tertarik? Yuk ikutan berlatih gerakan freeletics!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×