Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Penyakit Jantung Koroner atau PJK merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia.
Penuakit yang menyerang organ jantung ini adalah kondisi adanya penyumbatan pada pembuluh koroner jantung yang disebabkan oleh penumpukan plak lemak atau pengerasan yang menimbulkan proses peradangan di dinding pembuluh koroner jantung.
Pembuluh koroner adalah pembuluh darah yang memberikan pasokan darah dan oksigen ke otot jantung
Bersumber dari situs Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), proses ini menyebabkan penyempitan pada pembuluh koroner yang berakibat otot jantung tidak mendapatkan pasokan darah maupun oksigen yang dibutuhkan.
Baca Juga: Banyak Posisi Dibuka di Lowongan BUMN Pelni, Ada Posisi Buat Semua Jurusan
Jika proses ini terus berlangsung, pembuluh koroner akan tersumbat total sehingga muncul kondisi yang dinamakan dengan serangan jantung.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian di dunia.
Ada sekitar 17,9 juta orang meninggal akibat PJK pada tahun 2019. Angka ini menunjukkan 32 persen dari seluruh kematian di dunia.
Gejala umum Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia pada tahun 2018, angka kejadian penyakit kardiovaskular terus menunjukkan kecenderungan peningkatan, yang setidaknya melibatkan 15 dari 1000 orang.
Di Indonesia, PJK merupakan penyebab utama dari total kematian, yaitu sebesar 26,4 persen. Jumlah ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker (6%).
Sehingga dengan kata lain, satu dari empat orang yang meninggal di Indonesia disebabkan oleh PJK.
Gejala yang dirasakan akibat PJK cukup bervariasi, yaitu nyeri dada seperti tertimpa beban berat saat aktivitas, sesak nafas, maupun mudah lelah.
Namun, kita tidak boleh lengah atau menganggap sepele jika tidak ada gejala-gejala tersebut berarti kita aman dari kondisi PJK.
PJK dapat ditemukan pada seseorang yang tanpa gejala sekalipun, apalagi kecenderungan penderita PJK yang berusia muda atau produktif semakin meningkat.
Faktor risiko munculnya penyakit jantung koroner
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita PJK, di antaranya:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu:
- Usia: Risiko terkena PJK akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada umumnya, bila seseorang setelah usia di atas 40 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jantung.
- Jenis kelamin: Pria lebih berisiko mengalami PJK dibandingkan wanita, sedangkan faktor risiko pada wanita akan meningkat setelah fase menopause.
- Riwayat keluarga yang pernah mengalami serangan jantung atau dengan riwayat kematian mendadak akibat jantung.
Baca Juga: TNI Buka Rekrutmen Prajurit Karir 2022 Buat Lulusan D4 dan S1, Ini Kriterianya
2. Adapun faktor risiko yang dapat dimodifikasi di antaranya:
- Tekanan darah tinggi, peningkatan kadar lemak darah, diabetes melitus, obesitas, gaya hidup kurang aktivitas/olahraga, merokok, serta stres psikis.
- Tingginya kejadian penyakit kardiovaskular
- Keterbatasan mengakses pelayanan kesehatan juga berkaitan dengan beberapa faktor lain terkait sosial ekonomi, lingkungan, maupun latar belakang pendidikan.
- Polusi udara berkontribusi atas 25% kematian akibat penyakit kardiovaskular menurut WHO, sehingga mereka yang tinggal di kota besar lebih berisiko.
Cara mencegah PJK sejak dini
Cara mencegah atau menurunkan risiko PJK bisa dilakukan dengan menerapkan diet sehat rendah lemak, garam, dan gula.
Sayangnya di banyak instansi perkantoran, sekolah maupun rumah sakit masih menyediakan makanan tinggi lemak dan kurangnya pilihan makanan sehat
Sebagian besar tanda larangan merokok tidak ada, sehingga orang seringkali tak punya pilihan untuk bekerja dan bersosialisasi sehari-hari di area yang bersinggungan dengan perokok pasif, yang akan meningkatkan risiko PJK.
Kurangnya ruang terbuka maupun jalur hijau juga berperan membatasi seseorang untuk menjadi lebih aktif.
Selain itru, upaya untuk memeriksakan diri, menghindari, maupun mengobati dari faktor-faktor risiko tersebut akan dapat menurunkan risiko terjadinya PJK.
Selanjutnya, deteksi dini sebelum timbulnya keluhan amatlah penting. Pemeriksaan yang komprehensif perlu dilakukan, yang meliputi:
- wawancara medis,
- pemeriksaan fisik,
- laboratorium,
- pemeriksaan penunjang lain seperti elektrokardiografi (perekaman aktivitas listrik jantung),
- ekokardiografi (ultrasonografi jantung),
- uji treadmill (uji latih beban jantung),
- CT scan koroner jantung
- kateterisasi pembuluh koroner jantung sesuai dengan indikasi yang diperlukan.
Pemeriksaan lebih dini diharapkan dapat menjadi deteksi awal ada tidaknya PJK, sehingga dapat segera ditangani.
Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter mengenai keluhan-keluhan yang dirasakan dan juga untuk pemantauan kondisi kesehatan Anda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News