kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,60   -12,89   -1.40%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faktor Penyebab dan Cara Mencegah Penyakit Hipertensi dari Dokter RSND Undip


Senin, 06 Juni 2022 / 14:16 WIB
Faktor Penyebab dan Cara Mencegah Penyakit Hipertensi dari Dokter RSND Undip
ILUSTRASI. Faktor Penyebab dan Cara Mencegah Penyakit Hipertensi dari Dokter RSND Undip.


Penulis: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID - Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi menjadi salah satu masalah utama kesehatan dan yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini faktor penyebab dan cara mencegah penyakit hipetensi.

Darah yang mengalir di dalam pembuluh darah terutama arteri membutuhkan tekanan tertentu untuk menjamin aliran darah tetap lancar. 

Tekanan darah ditentukan oleh banyak faktor di antaranya kekuatan kontraksi jantung, frekuensi denyut jantung, tahanan di dinding pembuluh darah, dan kekentalan darah. 

Melansir dari situs Universitas Diponegoro (Undip), tekanan darah menentukan tinggi rendahnya tahanan dinding pembuluh darah bertujuan supaya darah tetap mengalir dari pusat pompa darah (jantung) ke seluruh pembuluh arteri tubuh.

Baca Juga: Catat! Ini Nilai Ambang Batas SKD Sekolah Kedinasan 2022 serta Jumlah Soal Tes

Tekanan darah ditulis sebagai dua angka: sistolik dan diastolik. Angka pertama atau sistolik, mewakili tekanan dalam pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdenyut. 

Sedangkan angka yang kedua atau diastolik menunjukkan tekanan di pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara detak. 

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip dr. Pipin Ardhianto menjelaskan, tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah melebihi angka 140/90 mmHg.

Hipertensi sebabkan stroke dan masalah kesehatan lain

Dokter Pipin memaparkan, hipertensi kronik dan tidak terkontrol meningkatkan risiko gangguan fungsi organ vital tubuh terutama fungsi otak, mata, ginjal, dan jantung. 

Riset kesehatan dasar menunjukkan, penyakit hipertensi merupakan faktor pemicu risiko penyakit stroke dan jantung paling banyak.

Pasien dengan hipertensi tidak menunjukkan gejala hingga adanya gangguan fungsi salah satu organ di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan jutaan orang tidak menyadari sudah terkena hipertensi. 

Kebanyakan pasien baru mengetahui memiliki hipertensi pada saat stroke, gangguan penglihatan, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan fungsi jantung terjadi. 

Jika dilihat dari sisi pencegahan suatu penyakit, maka sebenarnya kasus penyakit akibat hipertensi ini sudah terlambat.

Menurut Dokter Pipin, pengaruh faktor risiko hipertensi dikelompokkan menjadi dua, yakni faktor yang bisa diubah dan faktor risiko yang tidak bisa diubah. 

"Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya adalah jenis kelamin, umur, dan faktor keturunan, sedangkan faktor risiko yang dapat diubah diantaranya adalah merokok, obesitas, tidak beraktivitas fisik rutin, konsumsi natrium berlebih, konsumsi kalium rendah, alkohol," terangnya.

Baca Juga: Seleksi Jalur Mandiri ITB 2022 Dibuka, Cek Biaya Kuliah dan Cara Daftarnya

Penyebab dan cara mencegah hipertensi

Penelitian pada masyarakat di Indonesia menemukan tingginya asupan garam (natrium) merupakan penyebab terbanyak penyakit hipertensi.

Kandungan zat ini terdapat di hampir semua jenis masakan dan makanan populer di Indonesia. Bahan makanan yang banyak mengandung natrium di antaranya: 

  • Penggunaan penyedap rasa yang berlebihan
  • Makanan cepat saji
  • Sereal cepat saji
  • Minuman kemasan rasa buah
  • Jus kemasan
  • Bumbu masak instan
  • Produk susu terutama keju dan butter 
  • Makanan laut kalengan seperti kepiting, udang, cumi, kerang, ikan laut kalengan. Sedangkan ikan laut segar tidak memiliki kadar natrium tinggi
  • Mie instan dan sebagainya. 

Untuk mempermudah mengetahui makanan yang mengandung natrium tinggi patokannya adalah, makanan kemasan dan/atau instan hampir pasti memiliki kadar natrium tinggi. 

Menghindari konsumsi makanan tersebut mampu mencegah hipertensi dan khususnya bagi pasien hipertensi, cara ini merupakan terapi utama, selain obat obatan tentunya.

Dokter Pipin menyarankan masyarakat rutin melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Olahraga aerobik sederhana seperti jalan, jogging, bersepeda, lari, berenang, jika dilakukan secara rutin terbukti bisa mencegah dan mengendalikan hipertensi. 

Dianjurkan untuk berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu, minimal 30 menit setiap kali berolahraga. 

Baca Juga: Pendaftaran Calon Maba Politeknik Ketenagakerjaan 2022 Dibuka, Gratis Biaya Kuliah!

"Jika tidak sempat, kegiatan fisik lain seperti memotong rumput, membersihkan selokan, mencuci mobil atau kegiatan lain yang berkeringat dapat juga dilakukan," sarannya.

"Namun, ada beberapa jenis olah raga yang perlu dihindari pada pasien dengan hipertensi seperti, menyelam, angkat besi, lari sprint cepat," imbuh dia.

Dokter Pipin menambahkan, pasien hipertensi yang sudah mendapatkan diagnosis dari dokter sebaiknya mengikuti anjuran untuk kontrol rutin, mengonsumsi obat yang diberikan, dan yang utama adalah mengupayakan untuk mengubah pola hidup agar lebih sehat. 

Penderita hipertensi tidak perlu khawatir untuk rutin mengonsumsi obat tekanan darah tinggi secara rutin karena takut merusak ginjal. Obat hipertensi justru bertujuan untuk melindungi organ dalam vital seperti ginjal. 

"Bahkan sebaliknya, penggunaan lama obat hipertensi pada pasien hipertensi akan menjaga lebih lama fungsi ginjal dibandingkan apabila hipertensi tidak diobati," ujar dr Pipin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×