kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Fakta dan mitos obat nyeri yang perlu diketahui


Rabu, 09 September 2015 / 15:33 WIB
Fakta dan mitos obat nyeri yang perlu diketahui


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Mengatasi nyeri bisa dengan konsumsi obat antinyeri yang bisa didapatkan tanpa memerlukan resep dokter. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum konsumsi obat antinyeri.

Dokter Spesialis Anastesi Dwi Pantja Wibowo mengungkapkan, banyak mitos seputar obat anti nyeri yang berkembang sehingga masyarakat salah kaprah dalam menggunakan obat antinyeri. Berikut  6 mitos seputar obat antinyeri dan fakta sebenarnya yang perlu Anda ketahui.

Mitos 1
Obat antinyeri yang dijual bebas aman dikonsumsi karena tidak perlu resep dokter.

Fakta: Obat bebas adalah obat yang tidak memiliki bahaya mengawatirkan jika dikonsumsi.

Obat ini memiliki tanda bulat berwarna hijau pada kemasannya dan bisa didapatkan di apotek atau toko obat, bahkan di warung.

Siapapun memang bisa membelinya tanpa resep dokter. Namun, tetap harus diperhatikan cara pemakaiannya.

"Yang perlu diketahui sebelum menggunakan antara lain apa bahan aktifnya, indikasi, efek samping, kontra indikasi, peringatan alergi, cara pakai, dan bahan tambahan," papar Pantja dalam acara Pfizer Press Circle di Jakarta, Selasa (8/9/2015)

Sayangnya, tak banyak konsumen yang membaca keterangan tertulis pada kemasan obat.

Menurut Pantja, setiap obat yang diproduksi dengan benar pasti menyertakan keterangan tersebut.

Mitos 2
Obat antinyeri yang diresepkan untuk orang lain aman konsumsi asal gejalanya sama.

Fakta: Menurut Pantja, gejala setiap orang belum tentu sama. Harus diketahui terlebih dahulu dari mana asal nyeri.

Mitos 3
Obat antinyeri yang dijual bebas cukup aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Fakta: Pantja mengatakan, jika obat antinyeri digunakan selama bertahun-tahun bisa saja berdampak buruk bagi tubuh, misalnya penyakit ginjal.

Dosis pemakaian obat pun tidak boleh berlebihan

Obat antinyeri bertujuan untuk meredakan nyeri. Tetapi, jika nyeri berulang kali terjadi sebaiknya periksa ke dokter untuk menghilangkan penyebab nyeri.

Mitos 4
Prasetamol obat yang aman karena dapat digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa.

Fakta: obat yang aman bukan karena dapat dikonsumsi oleh anak-anak. Persepsi tersebut tentu salah. Sekali lagi bacalah petunjuk atau peringatan yang tertulis pada obat.

Misalnya, orang yang memiliki gangguan fungsi hati, tidak disarankan minum obat antinyeri tertentu.

Mitos 5
Obat anti nyeri digunakan sewaktu-waktu, hanya saat nyeri.

Fakta: konsumsi obat antinyeri harus tepat waktu, yaitu disesuaikan dengan lama kerja obat di dalam tubuh. Jika dalam aturan pakai atau resep dokter meminta obat dihabiskan, maka obat sebaiknya dihabiskan meski rasa nyeri sudah hilang. Jika obat tidak dihabiskan, bisa saja nyeri akan tiba-tiba muncul kembali.

Mitos 6
Obat antinyeri sebabkan ketergantungan

Fakta: Pantja menjelaskan, obat antinyeri tidak akan menyebabkan ketergantungan meski sudah sering mengonsumsinya.

Ada obat yang berpotensi menyebabkan ketergantungan atau kecanduan, yaitu antinyeri golongan opioid (kelompok narkotika).

Namun, obat golongan opioid tidak dijual bebas. Jika dikonsumsi dengan benar juga tidak membuat seseorang kecanduan.

Menurut Pantja, sering kali seseorang merasa ketergantungan hanya karena sugesti. “Secara fisik enggak ketergantungan, tapi secara psikis. Itu karena kebiasaan,” jelas Pantja. (Dian Maharani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×