Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya kasus Covid-19 juga beriringan dengan banyaknya permintaan obat Covid-19. Akibatnya harga obat di pasaran melonjak tinggi.
Hal ini membuat masyarakat dengan ekonomi rendah tidak mampu membeli obat Covid-19 terutama saat isolasi mandiri (isoman), juga dikhawatirkan akan menyebabkan jumlah kematian naik.
Epidemiolog dari Griffith University di Australia, Dicky Budiman menyampaikan perlu adanya sosialisasi dari pemerintah dalam mengatasi kekeliruan dalam penanganan pasien isoman di rumah. Pasalnya, masyarakat yang isoman di rumah tidak diharuskan meminum obat Covid-19.
Selain itu, kurangnya komunikasi yang tidak jelas seakan-akan ketika isolasi mandiri di rumah harus membeli obat sendiri dan akhirnya membuat masyarakat menjadi kebingungan, apalagi saat ini situasi susah obat, kata Dicky.
Baca Juga: Simak tips menjaga kesehatan mental di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai
“Tidak ada negara maju yang berhasil menyelesaikan pandeminya dengan isoman lalu minum obat, ini aneh. Justru hanya pasien dengan gejala menengah atau parah dan mendapat perawatan di rumah sakit saja yang mendapatkan obat,” kata Dicky kepada Kontan.co.id, Minggu (4/7).
Menurut Dicky, jika melakukan isolasi mandiri di rumah setidaknya masyarakat bisa mengonsumsi obat paracetamol dan obat batuk yang bisa dijangkau dengan harga murah.
Selain itu, pemerintah juga harus memberikan sosialisasi tentang bagaimana menjaga kesehatan, menjaga kesehatan paru-paru, juga bagaimana membersihkan hidung, dan bagaimana obat kumur sederhana yang bisa dilakukan masyarakat saat isoman di rumah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
