kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Epidemiolog Sebut Masyarakat Sering Salah Persepsi dalam Mengahadapi Omicron


Senin, 07 Februari 2022 / 16:17 WIB
Epidemiolog Sebut Masyarakat Sering Salah Persepsi dalam Mengahadapi Omicron
ILUSTRASI. Warga menaruh bingkisan untuk tetangganya yang menjalani isolasi mandiri akibat Covid-19 di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Rabu (25/8). (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Situasi pandemi COVID-19 saat ini tidak bisa disamakan dengan kondisi gelombang pandemi akibat varian Delta 2021 lalu. Lonjakan kasus yang terjadi akhir Januari 2022 hingga saat ini perlu disikapi secara lebih bijak dengan pemahaman yang lebih baik oleh masyarakat, terutama terkait karakteristik varian Omicron itu sendiri.

“Masyarakat Indonesia memiliki trauma pada momen gelombang COVID-19 varian Delta yang lalu. Perlu diketahui memang varian Omicron ini penyebarannya cepat, tapi kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah,” terang Epidemiolog Pandu Riono dalam keterangannya, Senin (7/2).

Ia menegaskan bahwa bagi pasien varian Omicron ini tidak banyak yang perlu masuk rumah sakit. “Ini yang perlu diketahui masyarakat. Karakteristik lonjakan kasus sangat dipengaruhi karakteristik varian virusnya," kata dia.

"Kedua karakteristik lonjakan kasus ini juga dipengaruhi oleh jumlah imunitas penduduk, Karena itulah masyarakat sering salah persepsi dengan kondisi saat ini seperti kondisi di Juli-Agustus 2021 lalu, padahal sudah jauh berbeda,” terang Pandu.

Baca Juga: Kasus Covid-19 6 Februari 2022 Naik 36.057, Ini Makanan Peningkat Daya Tahan Tubuh

Sebagian besar penduduk Indonesia hingga Kamis (3/2), sudah mendapatkan vaksinasi yang cukup merata. Catatan vaksinasi nasional, telah lebih dari 185 juta populasi penduduk Indonesia yang mendapat vaksinasi dosis pertama. Sedangkan 129 juta lebih penduduk mendapatkan dosis kedua, serta lebih dari 4,7 juta penduduk sudah mendapat dosis ketiga.

Vaksinasi masih memiliki peran yang besar bagi pencegahan kesakitan dan kematian akibat infeksi virus COVID-19 varian apa saja termasuk Omicron. Berkaca dari negara-negara lain yang lebih dahulu melewati varian Omicron seperti Afrika Selatan, Inggris, dan India, tingkat keparahan dan tingkat kematian akibat infeksi varian Omicron ini jauh berbeda dengan varian Delta.

Pengalaman negara lain yang menurut Pandu Riono mirip dengan studi kasus di Indonesia adalah di India. Ia berharap lonjakan kasus di Indonesia akan mengikuti pola di India dimana turun dengan cepat dan tidak banyak berdampak pada pelayanan rumah sakit maupun kematian. Pemerintah dalam menangani lonjakan kasus kali ini sudah lebih siap. 

Kemenkes telah menyediakan pelayanan konsultasi kesehatan jarak jauh (telemedisin) secara gratis bagi pasien isolasi mandiri di rumah. Begitu juga dengan obat-obatan yang diperlukan pasien isoman juga sudah dipersiapkan dengan gratis.

Baca Juga: 5 Derajat Gejala Covid-19 yang Wajib Diketahui, Apa Saja?

“Kecemasan yang berlebihan membuat masyarakat minta dirawat di rumah sakit padahal tidak memenuhi syarat untuk dirawat di rumah sakit. Ini yang seakan-akan membuat tempat tidur di rumah sakit tinggi padahal mayoritas di rumah sakit itu pasien bergejala ringan,” jelas Pandu.

Ia menegaskan pasien yang statusnya sedang, berat, atau yang punya komorbiditas yang bisa dirawat di rumah sakit. “Kalau yang tanpa gejala maupun bergejala ringan silahkan isolasi mandiri,” imbau Pandu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×