Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyampaikan, meski kasus Covid-19 mulai turun, masyarakat tetap harus menjaga protokol kesehatan (prokes) dan tetap waspada dengan penularan virus tersebut.
“Penurunan ini memang kabar yang baik. Akan tetapi disisi lain, berarti kita bisa mengklaim kondisi ini aman. Saya ingatkan bahwa penurunan kasus ini juga berada ditengah minimnya testing dan tracing, sehingga belum ada argumentasi yang meyakinkan pada posisi benar-benar ada di level 2 misalnya,” kata Dicky kepada Kontan.co.id, Selasa (31/8).
Dicky juga menuturkan, meski kasus menurun, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini masih akan terus ada selama pandemi. Akan tetapi ketika test positivity ratenya sudah 5%, angka kasus dan kematian sudah terkendali dan berubah menjadi PPKM level 1.
Sehingga, kata Dicky masyarakat tidak boleh resah, sebab dengan adanya penerapan PPKM ini maka pemerintah bisa menjaga dan mengontrol aktivitas masyarakat sehingga kasusnya masih bisa dikendalikan hingga pandemi ini benar-benar selesai.
Baca Juga: Presiden Jokowi beberkan alasan mengapa PPKM Level 2-4 diperpanjang di Jawa-Bali
“Saat ini tinggal masyarakat harus memahami bahwa peranan mereka sangat penting dalam mematuhi prokes dan menjaga diri sehingga kasusnya tidak meningkat lagi levelnya,” kata Dicky.
Lebih lanjut, hingga saat ini yang harus diatasi pemerintah dan seluruh kalangan masyarakat adalah saling mengedukasi terutama untuk masyarakat daerah yang belum paham dan menerapkan aspek 3 T yaitu (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment), sehingga belum mencapai target yang diinginkan.
Dicky mengimbau, agar ketika kasus dikatakan menurun, maka penerapan 3 T tersebut tidak boleh diturunkan juga. Sebab penurunan kasus ini ditambah masyarakat yang kembali lalai, bisa menjadi ancaman terjadinya gelombang ke tiga Covid-19.
Baca Juga: Kontaminan vaksin Covid-19 Moderna di Okinawa kemungkinan dari jarum suntik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News