CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.923   -33,00   -0,21%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Diabetes Tipe 2 Berdampak Pada Keuangan dan Kesehatan Mental


Jumat, 15 November 2024 / 10:03 WIB
 Diabetes Tipe 2 Berdampak Pada Keuangan dan Kesehatan Mental
ILUSTRASI. Logo Sun Life Financial


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Diabetes telah mencapai status endemik di banyak negara, terutama diabetes tipe 2. Bersifat endemik berarti adanya kebutuhan mendesak akan langkah-langkah pencegahan berkelanjutan. 

Oleh karena itu, Sun Life melakukan penelitian terbaru terkait dampak dari diabetes tipe 2 berdampak pada keuangan dan kesehatan mental di Asia. Perusahaan ini mencatat ada sebanyak 540 juta orang hidup dengan kondisi ini di seluruh dunia. Lebih dari 90 juta di antaranya berada di Asia Tenggara dan orang dewasa dengan diabetes diperkirakan akan melonjak jadi 152 juta pada tahun 2045. 

Survei bertajuk Healthy Habits, Healthier Futures: Preventing Diabetes in Asia ini mewawancarai 3.647 orang di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam mengenai kesadaran mereka tentang faktor risiko diabetes, pengobatan, dan pencegahan.  

Hasil penelitian menunjukkan biaya tersembuyi yang ditimbulkan diabetes tipe 2 berdampak pada keuangan dan kesehatan mental di Asia. Oleh karena itu, kebutuhan akan edukasi yang baik, pencegahan, dan akses terhadap perawatan semakin mendesak. 

Penelitian ini mengungkapkan bahwa hanya sedikit orang yang secara aktif mengambil langkah untuk menurunkan risiko mereka terkena diabetes atau mempelajari lebih lanjut tentang kondisi ini meskipun jumlah kasus terus meningkat. Bagi mereka yang menderita diabetes, dampaknya tidak hanya bersifat fisik.

Baca Juga: Memutus Rantai Diabetes, Pentingnya Skrining Sejak Dini dan Perubahan Perawatan

Selain dampak fisik dari diabetes, kondisi ini memiliki biaya finansial yang signifikan, mencegah banyak orang mendapatkan perawatan kesehatan yang sesuai. Sepertiga (37%) dari mereka yang hidup dengan diabetes di Indonesia melaporkan dampak finansial signifikan dalam hidup mereka, dengan 81% tidak mampu secara konsisten membiayai perawatan yang sesuai.

Kekhawatiran finansial terkait diabetes bahkan lebih dominan dibanding kekhawatiran kesehatan. Sebanyak 74% non-diabetesi merasa sangat khawatir atau khawatir akan beban finansial yang mungkin terjadi akibat diagnosis diabetes tipe 2, yang menyoroti perlunya perlindungan asuransi kesehatan.

Hasil penelitian juga mengungkap dampak kesehatan mental yang tersembunyi dari penyakit ini, dengan 63% penderita diabetes melaporkan dampak negatif pada kesehatan mental mereka setelah diagnosis. 

Hal ini diperburuk oleh dampak sosial yang dialami di rumah dan di tempat kerja. Sebanyak 70% penderita diabetes merasa dihakimi oleh keluarga dan teman setelah didiagnosis dan 74% menghadapi penilaian atau prasangka di tempat kerja terkait kondisi mereka.

Kah Jing Lee selaku Chief Client Officer Sun Life Indonesia mengatakan, beban fisik, mental, dan finansial dari diabetes bisa sangat besar. Jumlah penderita diabetes yang tidak mampu membiayai perawatan yang konsisten menunjukkan kebutuhan mendesak akan akses yang terjangkau ke pengobatan. 

“Sebagai perusahaan asuransi, kami berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pencegahan diabetes tipe 2 sedini mungkin melalui habituasi gaya hidup aktif dan sehat bagi generasi muda serta didukung dengan penyediaan akses olahraga bagi komunitas masyarakat yang membutuhkan,”kata Lee dalam keterangan resminya, Jumat (15/11).

Baca Juga: Enak dan Mudah Dibuat, Berikut Resep Salad Sayur untuk Diet yang Bisa Anda Coba

Ia bilang, risiko diabetes terus meningkat di Indonesia. Tapi, hanya 47% dari populasi yang menjalani pemeriksaan tahunan untuk diabetes tipe 2 dan 36% belum pernah melakukan pemeriksaan, yang menyebabkan diagnosis tak terduga dan kasus yang seharusnya bisa dicegah.

Hanya sebagian kecil yang secara konsisten melakukan langkah pencegahan seperti menjaga pola makan sehat, memantau berat badan dan gula darah, serta rutin berolahraga. Satu dari lima orang tidak memastikan anak-anak mereka mengonsumsi makanan sehat, dan 27% tidak mendorong anak- anak mereka untuk berolahraga.

Banyak orang kesulitan memahami informasi gizi. Sebanyak 31% kesulitan mengidentifikasi gula dan lemak tersembunyi dalam pola makan mereka, sementara 23% kesulitan memahami dampak makanan tertentu pada kadar gula darah mereka.

Olahraga teratur, pola makan sehat, dan skrining dini memiliki kekuatan untuk mengurangi risiko diabetes, namun bergantung pada peningkatan kesadaran. “Sejak 2012, Sun Life telah mengalokasikan lebih dari $53 juta untuk memerangi diabetes secara global melalui kemitraan strategis yang mendukung komunitas yang paling rentan.” ujarnya.

Melalui kemitraan lokal dengan rumah sakit, institusi medis, dan yayasan di seluruh wilayah, kata Lee, Sun Life menyediakan akses ke pemeriksaan glukosa darah, nasihat nutrisi dan konseling, program olahraga, paket perawatan diabetes, serta program edukasi lokal untuk anak-anak, yang dapat memberdayakan masyarakat dalam memantau risiko diabetes mereka.

Penurunan aktivitas fisik, diperparah dengan kurangnya ruang olahraga yang aman, meningkatkan risiko diabetes di seluruh Asia. Lebih dari sepertiga (35%) responden di Indonesia melaporkan penurunan aktivitas fisik dalam lima tahun terakhir, dengan orang-orang muda lebih mungkin melaporkan penurunan ini.

Baca Juga: Selamat Hari Diabetes Sedunia 2024, Inilah Makanan Penurun Gula Darah dengan Cepat

Lee menyebut, di antara mereka yang melaporkan kurangnya olahraga, 60% menyebutkan kurangnya akses ke ruang olahraga yang aman dan berkualitas di daerah mereka. “Memiliki ruang olahraga yang mudah diakses sangat penting untuk menjaga masyarakat tetap aktif, sehat, dan terlibat,” imbuhnya.

Survei ini juga menemukan bahwa para diabetesi memiliki kesadaran risiko yang rendah sebelum diagnosis mereka. Sebanyak 35% melaporkan mereka memiliki pemahaman yang buruk atau sangat buruk tentang kondisi tersebut sebelum diagnosis. Lebih dari sepertiga diabetesi (28%) percaya bahwa mereka berisiko rendah atau tidak mempertimbangkan risiko mereka sama sekali sebelum diagnosis, sementara hanya 13% diabetesi yang percaya bahwa mereka berisiko tinggi.

“Temuan ini menunjukkan bahwa kesalahpahaman tentang risiko dan penyebab diabetes dapat menghambat pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan, sehingga edukasi tentang topik ini menjadi sangat penting.” pungkas Lee

Selanjutnya: China Sebut Filipina Kirim Pasokan ke Kapal Perang di Beting

Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Naik Rp 4.000 Hari Ini 15 November 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×