kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Cegah Sindrom Ovarium Polikistik, Siloam Hospitals Ingatkan Modifikasi Gaya Hidup


Jumat, 22 September 2023 / 09:55 WIB
Cegah Sindrom Ovarium Polikistik, Siloam Hospitals Ingatkan Modifikasi Gaya Hidup
ILUSTRASI. Kesehatan perempuan


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siloam Hospitals Sriwijaya melalui unit Blatula IVF secara konsisten memberikan layanan informasi kesehatan kepada masyarakat, khususnya dikalangan wanita mengenai PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome) atau Sindrom Ovarium Polikistik, melalui edukasi yang bertajuk 'Kupas Tuntas PCOS',  oleh Dr. Oriza Z., SpOG(K)-FER dan Dr. Dwi Silvia, SpOG(K)-FER,. Keduanya merupakan dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Rs Siloam Sriwijaya di kota Palembang.

PCOS, merunut data epidemiologi memperkirakan sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome/ PCOS dialami oleh lebih dari 116 juta atau sekitar 3,4% wanita di seluruh dunia. PCOS diperkirakan merupakan penyakit metabolik yang paling sering dialami wanita usia subur.

"PCOS ini yang dalam bahasa Indonesianya Sindrom Ovarium Polikistik, bukanlah penyakit, tetapi merupakan gangguan hormon yang mempengaruhi ovarium atau indung telur dari organ wanita. Gangguan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk ketidakseimbangan hormon seks wanita, infertilitas atau sulit hamil, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan pertumbuhan rambut berlebihan pada wajah dan tubuh (hirsutisme)", tutur Dr. Dwi Silvia melalui edukasinya.

Baca Juga: Penyebab Kanker Serviks yang Wajib Diwaspadai Perempuan dan Cara Mencegahnya

Beberapa gejala yang mengindikasikan seorang wanita mengidap PCOS seperti siklus menstruasi tidak teratur bahkan terjadi pendarahan hebat. Ada pula masalah pada kulit seperti jerawat yang parah pun kelebihan berat badan dan sulit mengendalikannya. Namun penting untuk diingat bahwa tidak semua wanita dengan PCOS akan mengalami semua gejala ini.

"Diagnosis PCOS biasanya dibuat oleh dokter berdasarkan kombinasi gejala, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah untuk mengukur tingkat hormon, dan pemeriksaan ultrasonografi ovarium", ungkap Dr. Oriza menambahkan.

Sindrom Ovarium Polikistik atau PCOS secara umum dapat diketahui setelah tiga tahun, yaitu sejak siklus menstruasi pertama kali dialami para wanita. Sehingga diperlukan tahap evaluasi jika merasakan sejumlah gejala yang telah disebutkan. Namun para wanita tidak perlu khawatir karena saat ini PCOS dapat dicegah dan diobati  yang tentunya harus sesuai dengan gejala dan saran dari dokter setelah dilakukan pemeriksaan.

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan selalu lebih baik, selain lebih mudah dilakukan namun juga dapat  terhindar dari penyakit pun pada PCOS.

Bagi wanita, yaitu terutama harus  memodifikasi lifestyle menjadi lebih baik seperti pola makan yang sehat, istirahat dan olahraga dengan intensitas cukup sekaligus pentingnya mengendalikan stres. Poin utama pencegahan ini selain memperlancar siklus menstruasi dan mencegah PCOS, sekaligus mencegah penyakit penyakit lainnya.

Baca Juga: Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil: Gejala, Penyebab, dan Cara Pencegahannya

“Mengubah gaya hidup menjadi sangat penting di kalangan wanita untuk mencegah PCOS. Hanya saja, bagi yang terpapar sindrom ovarium polikistik, maka  diperlukan pengobatan atau terapi hormonal, yang biasanya ditempatkan sebagai pilihan pertama untuk mengelola PCOS ini," tutur dr. Oriza yang jadwal prakteknya bisa dilihat melalui aplikasi MySiloam.

Akan tindakan medis, menurut dr. Oriza ada beberapa kasus dari PCOS diperlukan tindakan operasi, melalui Laparoskopi yaitu dengan melakukan drilling ovarium Kateterisasi ovarium Dan pengecilan ovarium dibuang sehingga diharapkan dapat menurunkan kondisi hiperandrogennya.

Perlu diingat bahwa tindakan ini dapat menjadi pilihan apabila penderita pcos menginginkan adanya suatu kehamilan. Selain tindakan laparoskopi ini, adapun pilihan terakhir Yang dapat ditempuh oleh penderita pcos dalam menginginkan suatu kehamilan yaitu dengan melakukan IVF (bayi tabung).", pungkas dr. Dwi Silvia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×