kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Cara tangani emosi anak tanpa marah-marah


Sabtu, 13 Februari 2016 / 07:15 WIB
Cara tangani emosi anak tanpa marah-marah


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Butuh kesabaran ekstra saat mengasuh anak batita.

Namun, tak sedikit orangtua kesulitan mengendalikan emosi saat batita banyak tingkah.

Bahkan orangtua harus membentak dan memberikan hukuman bagi anaknya.

Sejatinya, ada cara mengendalikan emosi si kecil tanpa harus dengan tarik urat.

Menurut Tabloid Nakita, anak usia 16 bulan masih percaya, dunia berkutat di sekitar mereka saja (egosentris).

Pengetahuan ini akan membantu orangtua untuk paham bahwa yang ditunjukkan si batita hanya sebuah “pertunjukan” semata.

Jadi, apabila si kecil tidak punya penonton, maka biasanya ia akan berhenti bertingkah.

Di sini letak rahasianya: sebisa mungkin tinggalkan ruangan ketika mereka mulai bertingkah.

Jika si batita mulai mengeluarkan amarah (menangis berguling-guling, melempar mainan atau memukul), pahami sikap negatif ini sebagai perilaku yang normal.

Sangatlah manusiawi untuk memiliki amarah dan emosi, tapi perbedaannya ia belum bisa menahan luapan emosinya di setiap kesempatan.

Begitu si kecil memukul, menggigit, melempar barang, atau bertingkah tidak semestinya, tugas orangtua adalah mengontrol dan membantunya mengekspresikan emosi dengan cara yang lebih aman.

Ketika si kecil butuh pelampiasan emosi, ia akan memberikan sinyal dengan melakukan sesuatu yang ia tahu nantinya akan orangtua hentikan, seperti menjambak rambut anak lain.

Tanggapi perilakunya ini dengan tenang dan berkata, ”Tidak! Kamu tidak boleh menarik rambut dia ya.” 

Lalu, bawa si kecil menjauh dari anak tersebut.

Orangtua juga bisa mengendalikan emosi si kecil dengan memberikan contoh.

Biasakan mengucapkan “terima kasih” dan “tolong” untuk mengajarkan etika pada si batita.

Tetapi, orangtua tidak perlu memaksanya untuk mengatakan itu setiap saat.

Toh, ia mulai sadar bahwa orang lain juga menggunakannya dan menikmati reaksi senang para orang dewasa saat ia menggunakannya.

Penghargaan akan sikap baik ini sedikit demi sedikit akan mengimbangi dan memperbaiki sikap semau-maunya.

Kalau orangtua mengharapkan si kecil mengatakan “terima kasih” dan “tolong” setiap saat, berilah ia contoh yang baik, maka si kecil pasti akan mengikutinya.

Jika diperhatikan, sebagian besar yang dipelajari anak didapat dari proses imitasi atau meniru.

Jadi, sangat masuk akal jika si kecil melakukan hal yang sama seperti yang Anda lakukan ketika berbicara tentang etika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×