Sumber: Kompas.com | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Memiliki gejala yang mirip, yaitu nyeri di bagian dada, serangan jantung dan GERD (gastroesophageal reflux disease) sering sulit dibedakan.
Tiga tahun lalu, Lee Ann Williamson mulai merasa tidak enak badan saat sedang bertugas sebagai pianis di gereja. Ia tidak yakin apakah rasa nyeri di dada seperti ada gajah mendudukinya itu gejala GERD, serangan jantung, atau yang lain. Ia berusaha mengabaikan rasa sakitnya.
Sampai keesoan paginya, ternyata nyeri dada itu tidak hilang, bahkan makin memburuk. Akhirnya, wanita berusia 46 tahun itu memeriksakan diri ke rumah sakit.
Di rumah sakit, diketahui tekanan darahnya tinggi, 186/110. Ia lalu diberi nitroglycerin, obat untuk melemaskan pembuluh darah dan sering diberi ke pasien serangan jantung untuk memulihkan aliran darah ke jantung.
Tak berapa lama kemudian, hasil pemeriksaan menunjukkan Lee Ann tidak mengalami serangan jantung, tetapi naiknya asam lambung dan inflamasi di esofagus (GERD).
Gejala mirip
Apa yang dialami Lee Ann itu memang banyak terjadi. Masalahnya, tak mudah membedakan gejala serangan jantung dengan naiknya asam lambung tersebut. Keduanya menyebabkan rasa berat dan tertekan di dada seperti ada gajah yang duduk di dada.
Kemiripan gejala itu terjadi karena saraf di lambung dan jantung tidak memberi sinyal yang akurat ke otak mengenai sumber rasa nyerinya.
"Saraf di dada memang tidak spesifik. Jika seseorang jarinya kepukul palu, ia akan langsung tahu jari mana yang terpukul. Tetapi, jika seseorang luka di jantung, paru, pankreas, atau lambung, semuanya akan memberi gejala nyeri di bagian dada," kata Stephen Kopecky, dokter spesialis jantung di Mayo Clinic Rochester seperti dikutip dari Health.com.