Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Restoran termasuk bisnis yang paling tertekan selama dampak pandemi. Jenis usaha penyediaan makan-minum selalu menjadi objek dari berbagai bentuk pembatasan yang diberlakukan otoritas.
Di awal pandemi, sekitar kuartal kedua tahun lalu, pemerintah di banyak negara melakukan pembatasan besar-besaran untuk menghambat penyebaran virus. Di masa ini usaha resto, café dan tempat makan, mengalami pembatasan berat, mulai dari tutup seluruhnya bagi yang berada di pusat belanja, hingga beroperasi hanya untuk layanan take away.
Seiring dengan penurunan kasus infeksi corona, otoritas di banyak negara melakukan pelonggaran. Bergulirnya program vaksinasi juga menjadi alasan pemerintah di banyak tempat melakukan relaksasi pembatasan. Di era ini, resto beroperasi mulai melayani take away saja hingga menggelar dine in dengan kapasitas terbatas.
Penyebaran varian Delta yang memicu gelombang infeksi baru, menjadi alasan banyak negara menempatkan kembali pembatasan yang ketat. Pemerintah Indonesia, misalnya, memilih Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, untuk mengendalikan gelombang infeksi virus corona yang menanjak sejak awal Juli ini.
Baca Juga: Pemerintah tetapkan waktu makan di warung 20 menit, ini pengalaman Wamendag
Usaha resto kembali menjadi sasaran pembatasan. Usaha makanan hanya boleh berjualan untuk take away, sementara makan di tempat kembali terlarang. Namun belakangan ini, pemerintah merevisi aturan tersebut. Makan di tempat diperbolehkan. Namun ada pambatasan kapasitas pengunjung. Selain itu, setiap tamu juga menghadapi pembatasan waktu kunjungan.
Pemberlakuan PPKM berikut revisinya memicu kritik di negeri ini. Termasuk tentang aturan pembatasan yang diberlakukan pemerintah. Namun sejatinya, kekecewaan publik terhadap aturan pembatasan tidak cuma terjadi di sini. Tetapi juga di negara lain, termasuk negara yang maju, seperti Prancis dan Australia.
Negeri tetangga kita yang kerap menyombongkan diri sebagai negeri yang punya kepastian hukum tinggi, yaitu Singapura, tak luput dari sasaran kritik publiknya sendiri. Kiprah Singapura melakukan buka tutup pembatasan membuat frustasi para pebisnis, terutama yang terpengaruh, seperti restoran. Resto di Singapura kembali terkena pembatasan sejak gelombang baru infeksi melanda negeri itu, bulan lalu.
Kegiatan makan bersama, entah di resto, atau pub, atau apalah namanya, memang berisiko memicu penyebaran virus corona. Situasi semacam itu telah terjadi di banyak negara. Dengan alasan itu, kegiatan dine-in dinyatakan terlarang di banyak negara yang sedang berusaha mengendalikan infeksi virus corona.
Baca Juga: Sebanyak 1.808 orang meninggal akibat corona pada Sabtu (31/7)
Tingginya risiko penyebaran virus corona dalam kegiatan makan bersama mudah dimengerti. Coba ingat situasi makan bersama yang umum kita lihat di resto atau tempat sejenisnya. Saat hendak makan, seseorang pasti akan melepas masker. Jika ia datang bersama rekan, kerabat atau keluarga, berarti ada sekelompok orang yang tidak menggunakan masker.
Situasi makan bersama yang juga umum terjadi di sini adalah mengobrol di sela-sela waktu makan. Saat orang makan juga berbicara, mulutnya tentu terbuka. Ini berarti droplet bertebaran. Semakin gawat, karena saat pembicaraan kian hangat, besar kemungkinan orang yang berkumpul akan lupa menjaga jarak.
Situasi makan bersama pun berisiko menjadi klaster penyebaran virus corona. Karena sangat mungkin ada satu di antara sekian peserta makan bersama yang berstatus orang tanpa gejala. Atau, orang yang sebenarnya positif Covid-19 namun tidak menampilkan gejala sakit. Jika orang tanpa gejala ini terdeteksi, bisa dipastikan penularan virus corona terjadi. Demikian juga infeksi Covid-19.
Mengutip keterangan Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang diunggah dalam situs covid19.go.id, saat makan bersama seseorang harus tetap menjaga jarak. Dan itu, akan lebih mudah dilakukan jika seseorang tidak makan sambil berbicara. Dan jika ada makanan yang dikonsumsi bersama, disarankan menggunakan sendok atau garpu yang terpisah untuk mengambil makanan tersebut.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Sambutan Pasar Dingin, Saham Robinhood Terjungkal di Bahwa Harga IPO
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News