kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Bisa hitung kalori tak jamin diet sukses


Jumat, 16 Oktober 2015 / 13:39 WIB
Bisa hitung kalori tak jamin diet sukses


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Walaupun seseorang mampu menghitung kalori secara akurat, menghitung kalori ternyata tidak cukup membantu dalam menurunkan berat badan ataupun pencegahan penyakit.

“Semenjak program diet semakin populer, banyak ahli makanan yang menjabarkan daftar nutrisi dan kalori sebagai panduan makan para pelaku diet. Sayangnya, secara matematika, menghitung kalori tak bisa dilakukan secara akurat,” ungkap Marion Nestle, profesor dalam bidang pangan dan gizi di New York University yang juga merupakan penulis buku Why Calories Count, dikutip dari Time.com.

Menurut Nestle, jumlah kalori yang tercantum pada label nutrisi pada makanan kemasan bukanlah jumlah yang akurat.

Bahkan, menurut FDA, nilai kalori pada makanan kemasan sebenarnya 20% lebih tinggi ketimbang yang dituliskan pada label.

Sehingga bila seseorang mencoba hitung jumlah kalori yang masuk ke tubuh mereka, terlebih menghitung jumlah kalori yang keluar, itu hampir mustahil.

Selain dipersulit dengan hitungan matematika, banyak peneliti gizi yang kini berpendapat bahwa menghitung kalori bukanlah sesuatu yang perlu dilakukan saat ingin menurunkan berat badan.

Karena sebenarnya tidak semua kalori itu buruk.

Sayangnya, kalori sudah terlanjur dianggap sebagai sebuah sesuatu yang buruk yang bisa menggagalkan diet.

Seemtara, Robert Lustig, Direktur Weight Assessment for Teen and Child Health (WATCH) Program di University of California mengatakan, “Bila Anda datang ke klinik kami dan mengatakan kata “kalori”, maka kami akan mengusir Anda keluar.”

Lustig dan ahli lainnya sepakat, para pelaku diet terlalu disibukkan dengan kuantitas makanan, padahal yang seharusnya menjadi fokus ialah kualitas dari tiap makanan yang dipilih.

Sebab, makanan yang berbeda akan dimetabolisme berbeda oleh tubuh, diserap secara berbeda, diubah menjadi lemak atau energi yang berbeda, serta meningkatkan atau menurunkan risiko penyakit yang berbeda pula.

“Dengan melihat kualitas kalori, maka kita akan melihat efek apakah yang akan ditimbulkan dari mengonsumsi makanan tertentu, apakah efek mendapatkan atau menurunkan lemak tubuh,” kata Walter Willett, pemimpin departmen gizi di Harvard University.

Willet mencontohkan, karbohidrat yang terdapat dalam makanan ringan, produk kemasan, terutama makanan dan minuman yang mengandung banyak gula merupakan pemicu respon insulin yang negatif, sehingga meningkatkan cadangan lemak tubuh dan membuat berat badan naik.

Dengan kata lain, makanan yang mampu meningkatkan produksi insulin, adalah sumber lemak yang paling utama.

“Pada saat yang sama, makanan segar dengan jumlah kalori yang sebenarnya lebih banyak, seperti kacang, alpukat, cokelat, bahkan paha ayam, akan lebih lambat dicerna sehingga tidak menyebabkan lonjakan insulin yang berarti. Ini dapat menjadi camilan yang sehat untuk diet,” tambah Willet.

Intinya, berhentilah untuk menghitung kalori.

Mulailah untuk melihat efek dari tiap makanan yang kita makan terhadap tubuh bila menginginkan penurunan berat badan yang efektif.

(Ayunda Pininta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×