Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Infeksi ginjal sering terjadi pada wanita. Obat infeksi ginjal ada bermacam-macam.
Infeksi ginjal adalah penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi serius apabila tidak ditangani dengan pengobatan tepat. Dokter jamak memberikan obat infeksi ginjal untuk mencegah kerusakan ginjal atau infeksi menyebar ke seluruh tubuh dan berdampak fatal.
Cara mengobati infeksi ginjal akan disesuaikan dengan penyebab mendasar penyakit.
Dilansir dari Patient, penyebab infeksi ginjal sebagian besar berasal dari infeksi kandung kencing. Penyakit ini disebabkan infeksi bakteri seperti E. coli yang berpindah dari kandung kencing sampai ke ginjal.
Di beberapa kasus lainnya, infeksi ginjal disebabkan penyakit batu ginjal atau kelainan pada ginjal. Biasanya, hanya salah satu bagian ginjal yang terinfeksi. Masalah kesehatan ini lebih sering dialami wanita, anak-anak, orang tua, dan ibu hamil.
Penderita biasanya merasakan gejala infeksi ginjal yang sangat tidak nyaman, antara lain:
- Nyeri di pinggang atau panggul
- Demam, terkadang sampai mengigil
- Mual
- Muntah
- Diare
- Ada darah dalam urine
- Nyeri saat kencing
- Anyang-anyangan
Baca juga: 5 Gejala batu ginjal yang bisa terjadi, waspada!
Di beberapa kasus, gejala infeksi ginjal cukup samar. Penderita hanya merasakan tidak enak badan. Jika ada gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter. Berikut beberapa obat infeksi ginjal yang biasanya diresepkan oleh dokter:
1. Obat antibiotik
Melansir NHS, antibiotik adalah obat infeksi ginjal lini pertama. Jenis antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan jenis bakteri biang penyakit. Beberapa obat antibiotik untuk infeksi ginjal contohnya ciprofloxacin, cefalexin, co-amoxiclav, atau trimethoprim.
Lamanya pemberian obat antibiotik biasanya disesuaikan dengan kondisi kesehatan penderita, umumnya antara tujuh sampai 14 hari. Biasanya, penderita akan merasakan kondisi kesehatannya lebih baik dan gejala infeksi ginjal mereda setelah minum obat.
Walaupun kondisi tubuh rasanya sudah lebih baik, penderita tetap perlu menghabiskan obat antibiotik yang sudah diresepkan. Hindari sembarangan mengonsumsi atau menghentikan obat antibiotik tanpa petunjuk dari dokter.
Hal itu rentan menyebabkan bakteri biang penyakit resisten atau kebal obat, sehingga penyakit jadi lebih susah disembuhkan dengan obat sejenis di kemudian hari.