kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.311   25,00   0,15%
  • IDX 7.178   37,74   0,53%
  • KOMPAS100 1.028   2,44   0,24%
  • LQ45 781   1,81   0,23%
  • ISSI 236   2,05   0,88%
  • IDX30 403   0,90   0,22%
  • IDXHIDIV20 465   2,22   0,48%
  • IDX80 116   0,38   0,33%
  • IDXV30 118   1,24   1,06%
  • IDXQ30 129   0,22   0,17%

Bahaya minum antidepresi bagi ibu hamil


Rabu, 16 Desember 2015 / 09:56 WIB
Bahaya minum antidepresi bagi ibu hamil


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Ibu hamil dilarang minum obat sembarangan karena akan berefek pada kesehatan dan perkembangan janin.

Termasuk obat antidepresan bakal membahayakan janin.

Disarikan dari Everydayhelat.com, Anick Berard dari University of Montreal dan Rumah Sakit  Anak CHU Sainte-Justine menyatakan penggunakan antidepresan selama kehamilan sangat meningkatkan risiko autisme.

Berard adalah profesor yang ahli di bidang keselamatan farmasi selama kehamilan.

"Penyebab pasti autisme masih belum jelas, tetapi penelitian menunjukkan bahwa genetika dan lingkungan dapat memainkan peran memicu kondisi autis," jelasnya.

Penelitian ini mengungkapkan, bahwa mengonsumsi antidepresan selama trimester kedua atau ketiga kehamilan dapat menggandakan risiko anak divonis autis pada usianya yang ke-7 tahun, terutama jika jenis obat yang diminum ibu adalah jenis selective serotonin reuptake atau sering dikenal dengan singkatan SSRI.

Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal JAMA Pediatrics.

Berard dan rekan-rekannya bekerja dengan data dari Quebec Pregnancy Cohort  memelajari kondisi 145.456 anak-anak antara waktu konsepsi mereka sampai usia sepuluh tahun.

Selain informasi tentang penggunaan antidepresan oleh ibu dan diagnosa autisme pada anak-anak tersebut.

Mereka juga menggali informasi mengenai beberapa hal lain seperti  berapa orang yang secara genetik cenderung untuk autisme, usia ibu, depresi yang diderita ibu terkait dengan perkembangan autisme, serta faktor sosial-ekonomi keluarga mereka.

Para peneliti memerhatikan konsekuensi paparan antidepresan  pada ibu yang telah mengonsumsi satu atau lebih obat-obatan itu selama trimester kedua atau ketiga kehamilan.

Menurut Berard, periode tersebut adalah periode kritis perkembangan otak bayi.

Kemudian para peneliti mengidentifikasi  catatan rumah sakit yang menunjukkan diagnosa gangguan perkembangan yang dialami anak-anak itu, yaitu  autisme atipikal dan sindrom Asperger atau gangguan perkembangan pervasif.

"Selanjutnya kami  mencari hubungan statistik antara kedua kelompok tersebut, dan menemukan  peningkatan risiko autis hingga  87% pada anak-anak yang ibunya mengonsumsi antidepresan di periode emas perkembangan otak janin," kata Berard.

Secara biologis, hal ini masuk akal.

Pasalnya, serotonin terlibat dalam berbagai proses perkembangan pra dan pasca melahirkan, termasuk pembelahan sel, migrasi neuron, diferensiasi sel dan synaptogenesis.

Beberapa kelas anti-depresan bekerja dengan cara menghambat serotonin (SSRI dan beberapa kelas antidepresan lain).

Hal ini menimbulkan dampak negatif pada kemampuan otak untuk sepenuhnya berkembang dan beradaptasi di dalam rahim.

Organisasi Kesehatan Dunia menduga, depresi akan menjadi penyebab kematian nomor dua  pada tahun 2020.

"Apa yang kami kerjakan ini memberikan kontribusi untuk memberikan  pemahaman yang lebih baik, mengenai perkembangan saraf jangka panjang dan efek anti-depresan yang digunakan selama kehamilan," jelas Berard.

(Lily Turangan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×