kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jarang ditemui, Kemenkes pastikan trypanophobia tidak mengganggu program vaksinasi


Senin, 20 September 2021 / 11:05 WIB
Jarang ditemui, Kemenkes pastikan trypanophobia tidak mengganggu program vaksinasi
ILUSTRASI.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pernah mendengar istilah Trypanophobia? Sebenarnya ini adalah istilah yang merujuk pada kondisi seseorang yang mengalami ketakutan berlebihan akan tindakan medis yang melibatkan jarum suntik.

Asal tahu saja, tak hanya anak-anak, sebagian orang dewasa juga ada yang mengalami fobia ini. Lantas, bagaimana orang yang mengalami trypanophobia jika harus melakukan vaksinasi Covid-19?

Secara umum, trypanophobia sebenarnya relatif jarang ditemui. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi pun memastikan, trypanophobia tidak mengganggu jalannya program vaksinasi Covid-19 di tanah air.

"Ini jarang sekali terjadi (trypanophobia). Sampai saat ini kasus trypanophobia tidak mengganggu jalannya vaksinasi," kata Siti Nadia saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/9).

Dia menambahkan, petugas medis pasti melakukan observasi terhadap masyarakat yang mengalami stres vaksinasi, termasuk dengan gejala yang mirip trypanophobia. Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) juga dilakukan untuk melihat reaksi yang terjadi terkait vaksinasi.

Baca Juga: Waspadai kerusakan organ setelah sembuh dari Covid-19

"Ada masa pemantauan KIPI selama 15 menit untuk melihat adakah reaksi yang terjadi. Jadi pada kondisi ini kita akan observasi," ungkap Siti Nadia.

Cara mengurangi fobia

Dihubungi terpisah, Dokter Residen Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dr. Caesar Givani mengatakan, trypanophobia merupakan kondisi bawaan masing-masing individu. Hal ini tidak bisa disalahkan, sehingga perlu ada perbincangan terlebih dulu sebelum dilakukan penyuntikan.

Orang yang mengalami trypanophobia juga perlu diyakinkan bahwa prosedur penyuntikan aman dan tidak berbahaya. Cara mengatasinya antara lain dengan relaksasi seperti deep breathing dan yoga, serta olahraga dan istirahat yang baik untuk mengendalikan kecemasan. Jika diperlukan, cara mengatasi juga bisa berkonsultasi dengan psikiater.

"Petugas medis juga perlu memiliki pengertian terhadap kondisi fobia ini. Berbincang terlebih dulu mengenai hal lain yang ringan bisa dilakukan. Jika kecemasan pasien berlebihan, bisa menenangkan dulu gejala kecemasan atau panik yang dirasakan," ujar Caesar.

Selain itu, Psikolog Anastasia Sari Dewi menyarankan, agar orang yang mengalami trypanophobia bisa memperkuat pengetahuan tentang pentingnya vaksinasi Covid-19. Hal ini diharapkan bisa memunculkan keinginan yang kuat dari dalam dirinya untuk mengontrol emosi, sehingga bisa meredam kecemasan yang berlebihan.

Baca Juga: Anies Baswedan menerima vaksin Covid-19 AstraZeneca dosis kedua

"Jika yang bersangkutan tahu bahwa vaksinasi sepenting itu, harapannya logikanya nanti jauh lebih kuat. Secara kognisi kalau lebih kuat, afeksinya cenderung mengalah. Takutnya memang masih ada, tapi intensitasnya akan lebih berkurang," kata Anastasia kepada Kontan.co.id, Minggu (19/9).

Cara lainnya, pada saat akan melakukan penyuntikan vaksinasi, bisa mencari distraksi atau pengalihan yang sesuai. Seperti menonton video, mendengarkan musik, dan sebelumnya melakukan istirahat yang cukup. Hal ini penting agar potensi ketegangan atau tekanan darah naik-turun secara drastis bisa diminimalisasi.

"Bisa juga diajak ngobrol, supaya kecemasan bisa teralihkan pada sesuatu yang rileks. Proses (penyuntikan) vaksin juga kan cepat, hitungan detik saja. Secara umum, mengurangi fobia bisa dilakukan pendampingan profesional. Ada teknik-teknik tertentu yang membantu agar otak lebih memberikan respon lebih wajar, tidak takut berlebihan" pungkas Anastasia.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Kasus COVID-19 terus melonjak di Singapura, infeksi harian bisa tembus 1.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×