Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID -Jakarta. Selain mata minus dan plus, cukup banyak masyarakat Indonesia yang menderita mata silinder sehingga membutuhkan kacamata khusus untuk kelainan mata ini.
Astigmatisme atau mata silinder merupakan gangguan refraksi mata yang membuat penglihatan kita menjadi kabur.
Menurut dr. Sagung Gede Indrawati, dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), silinder terjadi saat kornea mata memiliki lengkungan di permukaan yang berbeda satu dengan lainnya.
“Astigmatisme adalah kelainan refraksi yang menyebabkan kabur, tetapi distorsi. Distorsi itu garis yang harusnya lurus jadi bengkok atau patah-patah. Untuk mengembalikan bentuknya ke dalam yang benar, bisa memakai lensa, nah lensanya ini namanya lensa silinder,” tutur Sagung seperti dikutip dari situs UGM.
Baca Juga: Bisa Download Sertifikat UTBK 2022 di Link Utama dan 32 Link Mirror, Begini Caranya
Penyebab mata silinder dan cara mengatasinya
Menurutnya, silinder secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu silinder internal dan eksternal.
Silinder internal bisa terjadi diakibatkan karena jaringan di dalam mata, seperti lensa dan syaraf, baik lensa miring ataupun bentuk lensa yang tidak elips atau tidak sempurna. Keadaan ini bisa merupakan bawaan dari lahir. Hal ini memang bawaan dari lahir.
Sedangkan silinder eksternal disebabkan oleh kornea mata. Jika seseorang seluruh lingkaran korneanya simetris, maka tidak akan silinder. Dia bisa jadi hanya memiliki mata minus atau normal.
Namun jika seluruh lingkaran tidak simetris seperti ada bagian yang flat, atau lebih cembung, seseorang tersebut menderita astigmatisme atau perlu kacamata silinder.
“Kenapa bisa jadi seperti itu, karena bisa jadi anak waktu dilahirkan itu sempurna, namun dalam masa pertumbuhan, bola mata juga berubah bentuk, pertumbuhan itu tidak simetris, sehingga yang pada lahir awalnya simetris, tetapi pada saat pertumbuhan, bola mata jadi berubah bentuk. Pertumbuhan itu tidak simetris karena bertumbuh secara tidak bersamaan di daerah kornea, maka dia menjadi tidak simestris dan menjadi silinder,” papar Sagung.
Selain kedua jenis tersebut, ada juga silinder yang disebabkan faktor pencetus lain saat seseorang sudah dewasa.
Faktor pencetus tersebut contohnya seperti terdapat luka di kornea yang membuatnya harus dijahit, atau terdapat infeksi di kornea dan membuat penyembuhan kornea tidak mulus lagi.
Untuk mengatasi mata siliner, Sagung menyarankan untuk memeriksakannya ke dokter mata agar penanganannya lebih akurat.
Baca Juga: Ini Cara Lihat Skor UTBK 2022 Lewat HP dan Laptop di 32 Link Mirror
Selama ini masyarakat sering mengandalkan optik untuk memeriksakan kondisi kesehatan penglihatan mereka.
Padahal pemeriksaan melalui optik menggunakan alat autorefractometer bukan sebuah patokan untuk menentukan hasil kacamata yang dibutuhkan, apakah matanya minus, silinder, atau kombinasi.
Menurutnya, sebagian besar alat ini juga tidak terkalibrasi, jika ada yang terkalibrasi, alat tersebut tidak bisa membaca fungsi mata manusia.
Memeriksakan penglihatan di optik tidak salah, namun hasil kacamata sesuai dengan kebutuhan, apakah minus, silinder, atau kombinasi, yidak selalu ditentukan oleh alat yang dibaca.
“Apalagi pada anak-anak, lebih banyak error-nya. Mesin komputer tidak selalu menggambarkan, jadi harus dilakukan ke pasien langsung, tidak boleh mengandalkan angka yang tercantum pada mesin tersebut,” jelas Sagung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News