kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Anak Pendek Belum Tentu Stunting, Ini Ciri-ciri Anak Stunting dan Pencegahannya


Kamis, 15 Juni 2023 / 15:08 WIB
Anak Pendek Belum Tentu Stunting, Ini Ciri-ciri Anak Stunting dan Pencegahannya
ILUSTRASI. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.


Penulis: Virdita Ratriani

Ciri-Ciri Stunting - Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. 

Hal itu mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. 

Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi. 

Stunting disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK, kondisi lingkungan, dan ekonomi keluarga. 

Baca Juga: Ini Lo Manfaat Rutin Minum Susu Demi Kesehatan

Stunting adalah anak pendek? 

Dirangkum dari laman Kemenkes, kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. 

Padahal genetika adalah faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.

Baca Juga: Badan Pangan Perkuat Stok Cadangan Pangan Pemerintah untuk Antisipasi Efek El Nino

Masih banyak masyarakat yang belum terlalu paham mengenai Stunting meskipun sudah sering mendengar istilah ini.

Bahkan, sebagian besar beranggapan bahwa anak yang bertubuh pendek adalah anak yang mengalami stunting.

Padahal stunting berkaitan dengan gizi anak dan tidak semua anak pendek adalah Stunting. Hal ini ditegaskan oleh Dokter Spesialis Anak dr. Aini Ariefa, Sp.A, M.Ked.Klin seperti dirangkum dari laman resmi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur. 

Baca Juga: KKP Sebut Kerupuk Ikan Bintan Penuhi Standar Mutu dan Keamanan Pangan

Dirinya menjelaskan perbedaan stunted (pendek) dan stunting (gagal tumbuh) harus dipahami secara tepat oleh masyarakat. 

Anak dengan tubuh yang pendek belum tentu mengalami gagal tumbuh. Anak pendek, normal varian seperti gen pendek, atau gangguan hormon pertumbuhan itu kategori pendek normal. 

Anak dengan tubuh pendek biasanya terlahir dari orangtua yang tidak terlalu tinggi. Hal berbeda biasanya dijumpai pada anak stunting yang terus mengalami keterlambatan tumbuh. 

Baca Juga: BPKP: 43% Program Pemda Berpotensi Tak Berdampak Optimal Terhadap Pembangunan

Ciri-ciri atau gejala stunting pada anak 

TARGET ZERO STUNTING

Dirangkum dari laman resmi RSUP Dr. Sardjito, berikut adalah ciri-ciri atau gejala stunting pada anak: 

  • Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya. 
  • Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya. 
  • Berat badan rendah untuk anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda. 
  • Penyebab stunting pada anak

Baca Juga: BPKP: 43% Program Pemda Berpotensi Tak Berdampak Optimal Terhadap Pembangunan

Dampak Stunting pada Anak

Dirangkum dari laman Kementerian Keuangan, dampak stunting ada dua yakni dampak jangka panjang dan juga ada jangka pendek.

Dampak stunting jangka pendek yaitu terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh.

Sedangkan untuk dampak stunting jangka panjang yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah.

Baca Juga: Badan Pangan Perkuat Stok Cadangan Pangan Pemerintah untuk Antisipasi Efek El Nino

8 Langkah pencegahan stunting

Kolaborasi Cegah Stunting

Dirangkum dari laman Kemenkes dan UNICEF, berikut 8 cara atau langkah pencegahan stunting:

1. Memberikan nutrisi seimbang

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.

Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Baca Juga: Jangan Panik Moms, Ini 5 Cara Ampuh Mengatasi Anak GTM saat Makan

Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.

Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

Baca Juga: Penyaluran Bantuan Pangan Stunting ID FOOD Tembus 1.323.881 Juta Keluarga

2. Edukasi ke orang tua

Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.

Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.

Baca Juga: Jaga Tren Penurunan Inflasi, Bapanas Waspadai Fluktuasi Harga Pangan

3. Menyusui

Lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Menyusui dalam waktu satu jam setelah kehidupan akan melindungi bayi baru lahir dari infeksi dan mengurangi risiko kematian. 

4. ASI ekslusif

Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI.

Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.

Baca Juga: Jumlah Masyarakat Miskin Ekstrem di Indonesia Berpotensi Melonjak, Ini Penyebabnya

5. Imunisasi 

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.

Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.

6. Sanitasi dan akses air bersih 

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi.

Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

7. Memberikan vitamin A

Asupan rutin suplemen vitamin A setelah usia enam bulan dapat mengurangi kematian pada balita hingga hampir seperempat di daerah yang kekurangan vitamin A.

Baca Juga: Pemerintah Bakal Jor-Joran Genjot Proyek Infrastruktur Tahun Depan

8. Memberi suplemen

Asupan rutin suplemen zat besi dan obat cacing dapat melindungi anak-anak dari kekurangan zat besi, anemia, dan perkembangan yang buruk.

Selain itu, anak-anak juga dapat terlindungi dari gizi buruk dan anemia melalui suplementasi zat besi dan asam folat mingguan yang diawasi, pemberian obat cacing dua kali setahun. 

Serta konseling untuk memperbaiki pola makan mereka, dan pemberdayaan untuk tetap bersekolah dan menghindari pernikahan dini dan kehamilan.

Demikian penjelasan mengenai stunting, dampak stunting, dan pencegahan stunting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×