Reporter: Markus Sumartomdjon | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Polemik susu kental manis menarik perhatian kalangan akademisi. Apakah produk yang sudah mendapat status dari BPOM sebagai produk berbasis susu memang punya kandungan gizi atau tidak.
Guru Besar IPB Ahmad Sulaeman menjelaskan susu kental manis terbuat dari susu segar, kemudian ada kandungan lain seperti susu skim, susu skim powder, gula, lalu ada susu bubuk whey, buttermilk powder, serta palm oil. "Gula ditambahkan untuk mencegah kerusakan produk. Produk susu kental manis lantas dipasteurisasi dan dikemas secara kedap (hermetis),” jelas Ahmad dalam seminar yang digelar Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pada Sabtu kemarin, dalam keterangan tertulis, Minggu (12/8).
Melihat kandungan tersebut, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia (PKGK UI) Ahmad Syafiq menyimpulkan bila produk susu kental manis punya kandungan energi. "Susu kental manis tidak masalah dikonsumsi asalkan proporsioal dan tidak berlebih," tandasnya.
Ia pun mengingatkan bila semua jenis makanan dan minuman saling melengkapi. Jadi tidak ada makanan atau minuman tunggal yang mampu memenuhi gizi seseorang. Namun ia mewanti-wanti bila susu kental masni tidak cocok untuk bayi dan pengganti ASI.
Para ahli gizi memang perlu mendudukan masalah terkait kandungan gizi di produk susu kental manis. Maklum, produk susu kental manis masih masih banyak dikonsumsi masyarakat. Apalagi produk ini juga kerap menjadi produk tambahan untuk ragam jenis makanan dan minuman. Berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi Nasional pada tahun 2016, ada 66,1% rumah tangga masyarakat kota maupun desa di Indonesia yang membeli susu jenis kental manis.
Meski begitu sejatinya, konsumsi susu nasional masih tergolong rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2017 konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 16,5 liter per kapita per tahun. Bandingkan dengan negara tetangga berdasarkan data USDA Foreign Agricultural Service 2016 (PDF), yakni untuk Malaysia 50,9 liter per kapita, Thailand 33,7 liter per kapita, dan Filipina 22,1 liter per kapita per tahun.
Rupanya, ini yang membuat produksi susu segar di Indonesia baru mencapai 920.093,41 ton pada 2017. Atau naik tipis 0,81% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 912.735,01 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News