Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Cukup banyak masyarakat yang kurang bergerak dan olahraga yang biasa disebut dengan mager atau rebahan. Padahal aktivitas disik sangat penting untuk menunjang kesehatan tubuh.
Rebahan yang terlalu lama membuat metabolisme dalam tubuh menjadi lambat, sehingga tubuh kurang bertenaga. Hal ini mengakibatkan tubuh pun menjadi makin malas berpikir dan beraktivitas.
Kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa empat dari tiap lima remaja di dunia kurang melakukan aktivitas fisik, atau sekitar 81 persen remaja dan 27,5 persen orang dewasa.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat ketergantungan pada alat teknologi untuk membantu hampir seluruh dari aktivitas mereka. Dan sebagian besar remaja menghabiskan waktu bermain gadget.
Baca Juga: 3 Manfaat Susu dengan Madu yang Kaya Nutrisi
Firman, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menjelaskan, berdasarkan data Nasional Sport Development Index (SDI) tahun 2021, bahwa dari total populasi masyarakat Indonesia yang masuk kategori tidak bugar mencapai 76 persen.
Sedangkan masyarakat yang dikategorikan memiliki kondisi sangat bugar atau prima hanya 5,86 persen.
Penyakit akibat malas bergerak
Dari data tersebut menunjukkan adanya keterkaitan bahwa jika aktivitas fisik yang dilakukan oleh masyarakat itu rendah, maka tingkat kebugaran fisik juga akan rendah.
Selain itu karena kebugaran fisik yang rendah juga bisa membuat tubuh menjadi lebih gampang mengalami kecemasan, stress hingga depresi.
Firman juga mengatakan, banyak penelitian menjelaskan bahwa ketika tubuh kurang gerak atau kurang melakukan aktivitas fisik, maka bisa mengalami risiko penyakit tidak menular lebih tinggi ketimbang mereka yang sering melakukan aktivitas fisik.
Dari total jumlah kematian di Indonesia 71 persen akibat penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, ginjal, hipertensi dan diabets.
Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat kurang melakukan aktivitas fisik, diantaranya yaitu
1. Obesitas
Penyakit pertama yang bisa menyerang orang yang senang rebahan dan minim bergerak adalah obesitas atau kelebihan berat badan.
“Sebab, ketika tubuh kurang gerak maka sirkulasi darah dalam tubuh menjadi tidak lancar, kemudian metabolisme dalam tubuh menjadi lambat, akhirnya energi yang dihasilkan oleh tubuh juga rendah,”ujar Firman, dikutip dari situs UM Surabaya.
Hal ini mengakibatkan mekanisme dalam tubuh memberikan stimulus melalui hipotalamus untuk mengkonsumsi makanan lebih banyak dari biasanya.
Pada saat yang sama hormon leptin dan ghrelin berperan menimbulkan rasa lapar dan melebarkan lambung supaya bisa menampung makanan lebih banyak.
Kemudian, dari sini bisa terjadi penimbunan lemak dalam tubuh, dan bila terjadi terus menerus bisa menyebabkan obesitas.
Baca Juga: Kista Ovarium: Ciri-ciri, Penyebab dan Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai
2. Hhipertensi atau darah tinggi
Rendanya aktivitas fisik pada masyarakat Indonesia saat ini menyebabkan kasus hipertensi makin meningkat.
Hal ini didukung dengan data dari Riskesdas tahun 2018, dimana kasus hipertensi meningkat sebanyak 34%, dibandingkan kasus sebelumnya pada tahun 2013 yaitu sebanyak 14,5 persen.
Penyakit hipertensi di kalangan akademisi dan klinisi disebut sebagai silent disease, karena darah tinggi menjadi salah satu penyebab utama terjadinya stroke dan serangan jantung.
“Namun sebetulnya sepertiga dari kasus hipertensi bisa dicegah dengan cara meningkatkan aktivitas fisik,”imbuh Firman lagi.
3. Penyakit jantung
Ketika aktivitas fisik rendah maka metabolisme lemak menghasilkan LDL (kolesterol jahat) akan meningkat.
Kondisi ini menyebabkan terjadi penumpukan lemak darah ke dinding pembuluh darah secara masif, akibatnya menimbulkan kerusakan sehingga bisa berisiko tinggi terjadiya serangan jantung.
4. Diabetes melitus atau kencing manis
Asupan makanan yang dikonsumsi tidak diolah oleh tubuh dengan baik menjadi energi karena kurang ativitas fisik, akibatnya terjadi penumpukan lemak dalam tubuh.
Ketika jumlah lemak tinggi bisa menyebabkan resistensi terhadap insulin dan tidak berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi peningkatan gula dalam darah.
5. Penyakit osteoatritis atau nyeri sendi
Osteoatritis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering dialami pada usia lebih dari 50 tahun.
Nyeri sendi bisa disebabkan karena kerusakan struktur sendi, kelemahan otot dan tendon, dan sendi yang paling sering mengalami nyeri adalah sendi lutut, panggul dan tulang belakang.
“Padahal bila dengan melakukan aktivitas rutin dapat menjaga kekuatan otot dan tulang, sehingga bisa mencegah nyeri sendi,” jelas Firman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News