Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program vaksinasi Covid-19 booster segera berjalan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah menerbitkan izin darurat penggunaan lima merk vaksin Covid-19 dalam pelaksanaan vaksinasi booster atau lanjutan di Indonesia.
Sebelum mendapatkan izin penggunaan darurat sebagai booster, kelima merk vaksin tersebut telah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dalam penggunaan vaksinasi primer (dosis pertama dan kedua) serta telah melalui proses evaluasi bersama tim ahli penilai obat dan vaksin.
"Ada 5 vaksin yang telah mendapatkan emergency use authorization (EUA) dan telah tentunya sebelum dapatkan itu dari Badan POM, telah melalui proses evaluasi bersama para ahli komite nasional penilai obat atau vaksin dan telah mendapatkan rekomendasi memenuhi persyaratan yang ada," kata Kepala BPOM Penny K Lukito dalam konferensi pers virtual BPOM, Senin (10/1).
Kelima vaksin tersebut adalah CoronaVac Covid-19 Bio Farma, Pfizer untuk booster homolog, AstraZeneca untuk booster homolog, Moderna untuk booster homolog dan heterolog, serta Zivifax untuk booster heterolog.
Penny menerangkan, untuk vaksin CoronaVac Covid-19 Bio Farma (Sinovac) dapat digunakan untuk booster homolog, dalam artian penerima sebelumnya mendapatkan vaksin Sinovac/CoronaVac Covid-19 Bio Farma untuk dosis pertama dan kedua.
Baca Juga: Dimulai 12 Januari 2022, Kelompok Ini Gratis Suntik Vaksin Covid-19 Booster
Aturan pemberian booster dengan vaksinasi ini ialah satu dosis. Adapun imunogenisitas menunjukkan peningkatan antibodi sebesar 21 kali sampai 35 kali usai 28 hari pemberian vaksin ini sebagai booster.
"Kemudian, vaksin Pfizer untuk booster homolog, diberikan satu dosis setelah minimal 6 bulan dari vaksinasi primer untuk 18 tahun ke atas. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berupa lokal, ringan grade satu sampai dua. Imunogenisitas menunjukkan titer antibodi netralisasi setelah satu bulan sebesar 3,3 kali," jelas Penny.
Selanjutnya, untuk vaksin AstraZeneca dapat diberikan untuk booster homolog dengan aturan satu dosis. Imunogenisitas yang timbul menunjukkan nilai rata-rata titer antibodi sebesar 3,5 kali usai pemberian satu dosis booster AstraZeneca.
Lalu, vaksin Moderna dapat diberikan untuk booster homolog dan heterolog dengan aturan setengah dosis. Imunogenisitas menunjukkan nilai rata-rata titer antibodi yang terbentuk sebesar 13 kali setelah pemberian booster.
"Untuk heterolog vaksin Moderna adalah yang vaksin primernya AstraZeneca, Pfizer dan Johnson and Johnson dengan setengah dosis," imbuhnya.
Terakhir, vaksin Zifivax untuk booster heterolog dengan vaksinasi primer Sinovac atau Sinopharm. Imunogenisitas menunjukkan nilai rata-rata titer antibodi yang terbentuk ialah lebih dari 30 kali. Penny menambahkan, vaksinasi booster dapat diberikan dengan jarak vaksinasi dosis kedua minimal enam bulan.
Dalam mendukung kemandirian vaksin dalam negeri, vaksin Zifivax saat ini sedang dalam pendampingan BPOM untuk diproduksi di dalam negeri dengan pembangunan fasilitas produksi di Indonesia. Vaksin Zifivax dikembangkan oleh Anhui yang berkerjasama dengan industri farmasi dalam negeri dalam hal ini PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (JBIO).
"Sekarang sedang proses [pembangunan pabrik] upstream downstream yang dimulai dari bahan baku sampai fill and finish. Ini sekarang dalam proses, diharapkan fill and finish selesai CPOB- ya sekitar bulan Agustus. Sambil menunggu JBIO menyiapkan fasilitasnya, PT JBIO bekerjasama dengan PT Biotis Farmasi untuk melakukan proses fill and finish vakain Zivifax," terangnya.
Dengan berdirinya fasilitas produksi vaksin PT JBIO maka di Indonesia akan memiliki 3 fasilitas produksi vaksin. Dimana selama ini fasilitas produksi vaksin di dalam negeri baru dimiliki PT Bio Farma dan PT Biotis.
Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro menuturkan pemberian vaksin booster perlu dilakukan mengingat adanya penurunan antibodi usai enam bulan pemberian dosis kedua.
Namun, Sri menegaskan, di samping pemberian booster, vaksinasi primer atau dosis pertama dan kedua kepada 70% penduduk tetap menjadi prioritas utama terutama pada kelompok lansia.
"Pandemi belum tahu kapan berakhir itulah mengapa kita perlu memiliki imunitas yang tinggi. Kemudian en euity bukan hanya di Jakarta, Bandung, Surabaya tapi semua di daerah [perlu booster] nah ini jadi tantangan kita untuk menginjak pada booster," kata Sri Rezeki.
Baca Juga: Super Immunity Sudah Terbentuk di Indonesia? Ini Jawaban Kemenkes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News