Reporter: Ratih Waseso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut ada peningkatan kasus monkeypox (Mpox) atau cacar monyet. Senin (6/11), ada 34 kasus dan sudah menyebar ke Banten dan Jawa Barat.
Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto meminta ada pencegahan, tracing, hingga vaksinasi untuk kelompok berisiko.
“Untuk menekan monkeypox agar tidak menyerang tubuh maka haru memiliki daya tahan tubuh,” kata Edy dalam keterangan tertulis, Rabu (8/11).
Pasalnya sebagian besar penderita monkeypox di Indonesia memiliki riwayat HIV. Di antaranya mencapai 26 orang yang ternyata pengidap HIV terkonfirmasi Mpox. Pencegahan hingga vaksinasi diperlukan agar penyakit Mpox tidak muncul dan menyebabkan keparahan.
Baca Juga: Selain Lewat Kontak Sosial, Begini Cara Lain Penularan Cacar Monyet
Edy mengatakan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan diminta agar melakukan tracing, terutama pada kelompok berisiko.
“Lakukan active case finding. Jadi tidak menunggu pasien datang tapi datangi kelompok berisiko dan lakukan deteksi,” kata Edy.
Menurutnya, Kemenkes punya kewenangan untuk melakukan intervensi untuk melakukan active case finding. Mereka bisa mendatangi kelompok berisiko dan orang di sekitar pasien monkeypox yang berpotensi tertular. Dengan kewenangan Kemenkes ini, seharusnya tidak ada penolakan untuk melakukan active case finding. Inisiatif untuk menggandeng lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga merupakan hal yang sudah tepat.
“Pada fase akut, pasien harus diawasi agar tidak ada interaksi dengan orang yang sehat,” ucap Edy.
Baca Juga: Tetap Waspada, Ada 27 Kasus Aktif Cacar Monyet Ditemukan di Jakarta
Ha tersebut merupakan otoritas Kemenkes karena belum menjadi wabah. Adapun langkah lain yang digaungkan adalah mengurangi potensi penularan dan menghindari penyebaran ke wilayah lain.
Disebutkan bahwa penularan monkeypox karena aktivitas seksual. Maka Edy menyarankan agar tidak ada kegiatan seksual dengan orang yang tidak dikenal. Kemudian perlunya vaksinasi pada kelompok berisiko.
"Harus tepat sasaran dan bisa memproteksi kelompok tersebut dan orang di sekitarnya,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News