kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,47   -12,05   -1.29%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Viral swab / rapid antigen test sendiri, ini bahaya jika tidak dilakukan oleh ahli


Senin, 15 Maret 2021 / 07:37 WIB
Viral swab / rapid antigen test sendiri, ini bahaya jika tidak dilakukan oleh ahli
ILUSTRASI. Viral swab / rapid antigen test sendiri, ini bahaya jika tidak dilakukan oleh ahli./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/24/02/2021.


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Vidoe penggunaan alat test swab atau rapid test antigen secara sembrono beredar di dunia maya. Masyarakat jangan ikut-ikutkan melakukan test swast atau rapid test antigen sendiri karena bisa membahayakan keselamatan jiwa.

Video itu beredar di media sosial TikTok yang merekam seseorang tengah mencoba menggunakan alat test swab atau rapid test antigen yang dibelinya secara daring. Video yang diunggah pada 18 Februari 2021 ini menyertakan narasi cara penggunaan alat tes dengan air liur dan menyebut harga yang ia beli di toko online, yaitu sebesar Rp 75.000 sampai Rp 85.000.

Hingga Senin (15/3/2021) pukul 7.30 WIB, video ini telah ditonton sebanyak 792.400 kali dan mendapatkan 17.200 like. Namun, belakangan si pemilik akun memberikan klarifikasi agar netizen tidak ikut-ikutan melakukan test swab atau rapid test antigen sendiri.

Menurut DR. dr Sarwastuti Hendradewi, SpTHT-KL (K).,Msi Med, tindakan melakukan test swab atau rapid test antigen sendiri sangat berbahaya. Ada beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi apabila tes swab / rapid test antigen tidak dilakukan oleh tenaga profesional.  Berikut bahaya dan dampak negatif tes swab / rapid test antigen sendiri:

Kesalahan hasil pemeriksaan

Dokter yang akrab disapa Dewi itu menjelaskan, swab merupakan tindakan di nasofaring untuk mengambil spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan. Swab nasofaring dilakukan melalui lubang hidung.

Hidung merupakan organ yang memiliki struktur anatomi sempit. Belum lagi di hidung banyak bangunan-bangunan dan pembuluh darah serta mukosa (lapisan kulit dalam) yang tipis.

Menurut Dewi, orang awam yang melakukan swab sendiri tidak memahami struktur anatomi hidung dan tidak mengetahui bagian yang harus diambil. "Jadi bagian yang diambil enggak sampai ke tempat seharusnya yang menjadi bahan pemeriksaan," ujar Dewi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2020).

Kesalahan dalam pengambilan bagian untuk pemeriksaan bisa memberikan hasil yang tidak tepat. Bisa jadi hasil pemeriksaan harusnya positif. Tapi karena tempat pengambilannya salah, hasilnya menjadi negatif.

Baca juga: Mengenal skema kerjasama yang memungkinkan Indonesia mendapat vaksin Covid gratis




TERBARU

[X]
×