kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Viral kasus Gilang bungkus kain jarik, apakah termasuk penyakit mental?


Selasa, 04 Agustus 2020 / 10:44 WIB
Viral kasus Gilang bungkus kain jarik, apakah termasuk penyakit mental?


Penulis: Belladina Biananda

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa hari terakhir, netizen dibuat geger dengan kasus Gilang bungkus kain jarik. Banyak orang yang akhirnya mengaku pernah menjadi korban penelitian palsu yang dilakukan Gilang.

Gilang bungkus kain jarik merupakan kasus di mana para korban diminta membungkus dirinya sendiri. Kemudian, korban diminta mendokumentasikan dan mengirimkannya ke Gilang.

Baca Juga: Bahaya! Cahaya HP bisa sebabkan penyakit kanker perut

Sebenarnya, ketertarikan seksual terhadap benda yang dianggap aneh tak hanya dilakukan oleh Gilang bungkus jarik. Ada banyak orang yang memiliki ketertarikan seksual dengan sepatu, patung, kayu, dan lain sebagainya.

Pertanyaannya, apakah ketertarikan seksual terhadap objek-objek aneh termasuk dalam penyakit mental? Mengutip dari Live Science (livescience.com), pertanyaan tersebut memiliki jawaban kondisional. Bisa saja ketertarikan seksual termasuk dalam penyakit mental, tapi tidak seharusnya.

Hasrat seksual terhadap hal tertentu yang dianggap menyimpang bisa disebut dengan fetis. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders mendeskripsikan fetish sebagai pengalaman multisensor.

Baca Juga: 4 alasan kenapa iritasi pada selangkangan bisa terjadi

Fetisisme adalah salah satu ketertarikan tak biasa yang dapat menyebabkan penyimpangan. Hal itu juga dikenal dengan sebutan paraphilias. Fetisisme tergolong sebagai penyimpangan jika sudah melewati batas, seperti membahayakan orang lain.

Dalam kasus Gilang bungkus kain jarik, fetis yang dimiliki tidak akan menjadi masalah jika tidak membahayakan orang lain. Namun, apa yang dilakukan Gilang ternyata sangat merugikan korban-korbannya. Hal itu tergolong dalam fetishistic disorder atau penyimpangan fetis.

Terkadang, tidak semua orang yang memiliki fetis merasa nyaman karena ia percaya bahwa ketertarikan seksualnya menyimpang. Hal penting yang perlu dilakukan saat memiliki fetis adalah mengaturnya agar tidak melewati batas dan merugikan orang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×