kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,80   -7,56   -0.81%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak kiat isolasi mandiri di rumah dari dokter dan penyintas Covid-19


Kamis, 29 Juli 2021 / 09:45 WIB
Simak kiat isolasi mandiri di rumah dari dokter dan penyintas Covid-19


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia membuat jumlah pasien di rumah sakit membludak. Alhasil, sebagian pasien Covid-19 dengan gejala ringan memilih melakukan isolasi mandiri di rumah. 

Namun, belakangan jumlah pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) dan akhirnya memburuk semakin bertambah. Untuk itu, ada sejumlah poin penting dan kiat yang bisa dijalankan selama isoman. 

CEO Ceklab.id, dr. Caesar Givani mengatakan, ada beberapa alat-alat yang wajib dimiliki selama isolasi mandiri yakni pengukur kadar oksigen tubuh (pulse oximetry), obat-obatan seperti antivirus, obat untuk mengatasi keluhan seperti batuk atau demam, dan multivitamin. 

"Kalau memang sulit mendapatkan obat antivirus,  pasien isolasi mandiri, fokus saja untuk istirahat atau tidur yang banyak, konsumsi makanan yang tinggi protein, dan hindari stres.  Biarkan tubuh yang melawan virus tersebut," jelas dia kepada Kontan.co.id, Rabu (28/7). 

Baca Juga: Apakah anosmia atau hilang penciuman bisa sembuh sendiri?

Caesar menambahkan, satu kesalahan umum yang sering terjadi selama isoman adalah pasien tidak mengerti apa saja hal-hal yang harus dipantau secara ketat. Salah satu yang terpenting adalah kondisi oksigen pada tubuh. 

Yang selama ini terjadi, pasien isoman sudah drop dan terlambat mencari pertolongan ke rumah sakit. "Bila kadar oksigen dalam tubuh di bawah 95%, pasien wajib untuk melapor ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut," ujarnya. 

Sebagai seorang penyintas Covid-19, Ahmadi (27) yang bekerja sebagai pegawai swasta, harus berjuang menghadapi virus Covid-19 dengan isolasi mandiri di rumah.

Ahmadi lebih memilih isolasi mandiri di rumah karena menurutnya keluarga menjadi suport system yang penting dalam proses penyembuhan. Beruntung, tidak memerlukan waktu lama, setelah dua minggu isoman, dia dan keluarganya dapat beraktivitas normal kembali. 

Selama isoman, Ahmadi hanya menggunakan satu kali layanan telemedisin yakni pada hari pertama timbul gejala. Ketika itu, saat tubuhnya mengalami lemas, demam, dan batuk-batuk cukup parah.

Ahmadi pun langsung konsultasi melalui Halodoc. Hasilnya, dia langsung diresepkan obat-obatan therapy Covid-19, seperti antibiotik anti virus Azytromicin, vitamin becom zet, dan lainnya. 

Baca Juga: Jangan lakukan beberapa hal ini saat isolasi mandiri Covid-19

"Selama isolasi mandiri, selain minum obat-obatan yang diresepkan, saya minum madu dan jamu-jamuan untuk menambah daya tahan tubuh. Tidak lupa juga berjemur setiap pagi dan tetap bergerak supaya badan tidak terasa terlalu lemas," cerita dia kepada Kontan.co.id saat dihubungi secara terpisah. 

Selama isolasi mandiri selama dua pekan, Ahmadi mengonsumsi antibiotik anti-virus selama lima hari saja. Kemudian, di hari berikutnya, jika ada keluhan pusing, batuk, dan lemas, dia baru mengonsumsi obat-obatan maupun multivitamin yang mudah didapatkan di apotek terdekat. 

Contohnya, jika merasa pusing atau demam ringan, hanya dia mengkonsumsi paracetamol. Atau jika merasa lemas, Ahmadi memilih atasinya dengan makan atau bergerak secukupnya supaya tubuh lebih terasa bugar. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Manfaat bawang putih untuk tubuh yang sudah terbukti khasiatnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×