kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panas dingin kemitraan es krim


Sabtu, 10 Februari 2018 / 09:30 WIB
Panas dingin kemitraan es krim


Reporter: Elisabeth Adventa, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bisnis makanan seolah tak pernah ada matinya. Salah satunya adalah es krim. Hampir semua kalangan doyan dengan makanan yang terbuat dari lemak susu ini. Bahkan di berbagai negara, makanan dingin dan berbahan lembut ini dikenal sebagai makanan pencuci mulut.

Seiring perkembangan jaman, es krim kini sudah tidak berdiri sendri. Kerap dipadu-padankan dengan makanan lain. Seperti waffle, roti atau beragam minuman lainnya, Malah, campuran es krim kini juga sudah ada di minuman tradisional seperti es cendol.

Beragam manfaat dari es krim inilah yang membuat orang kepincut untuk berbisnis makanan pelengkap ini. KONTAN sendiri pernah mengulas program kemitraan es krim sekitar satu tahun yang lalu. Nah, apakah saat ini program kemitraan dari es krim tersebut masih menjanjikan? Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ulasan tiga pebisnis es krim yang pernah KONTAN ulas.

Ice Cream Hulala

Salah satu usaha yang menawarkan kemitraan adalah Ice Cream Hulala asal Magelang, Jawa Tengah. Bisnis debutan Cipto Aji Wibowo ini berdiri 2015. Saat KONTAN ulas Maret 2015, Hulala sudah memiliki enam gerai.

Sebanyak satu gerai merupakan milik pusat yang terletak di Magelang dan lima gerai lainnya milik mitra yang tersebar di Magelang, Kebumen, Purwokerto dan Semarang.

Dua tahun lebih berlalu, gerai Hulala makin berkembang. Kini gerai yang berdiri mencapai lebih dari 350 gerai. Ratusan gerai tersebut tersebar di seluruh Indonesia mulai Aceh hingga Papua. "Mitra kami sudah ada di seluruh Indonesia. Sebagian besar gerai ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Semarang, Jogja, Surabaya, Pontianak dan sebagainya," tutur Dani Nugroho, Koordinator Pemasaran Ice Cream Hulala kepada KONTAN, Kamis (11/1).

Berkembangnya jumlah gerai juga berdampak pada perubahan paket investasi yang ditawarkan. Pada 2015 lalu, Ice Cream Hulala hanya menawarkan satu paket kemitraan, yakni paket Rp 18 juta. Kini paket kemitraan yang ditawarkan ada tiga yaitu paket Rp 15 juta, paket Rp 25 juta dan paket Rp 40 juta. Selain pilihan lebih beragam, kenaikan paket investasi tersebut untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku.  

Progres lain yang terjadi adalah di menu. Bila semula jumlah menu di gerai tersebut baru ada 12 rasa, kini sudah menjadi 18 rasa dengan harga sekitar Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per cup. Aneka varian rasa tersebut yaitu cokelat, stroberi, vanila, jeruk, mangga, anggur, rasa taro, teh hijau,  blueberry, capucino, plain yang dicampur dengan buah-buahan dan sebagainya

Sejauh ini, ia mengklaim belum ada kendala berarti dalam mengembangkan bisnis Hulala. Cuma sebagai langkah antisipasi, pihak pusat ingin mengembangkan sistem pelatihan karyawan. Rupanya, selama ini pihak pusat hanya memberi pelatihan karyawan via media, semisal lewat rekaman video, video call atau telepon.

Nanti, ia ingin pelatihan karyawan bisa berlangsung di lokasi mitra. Targetnya adalah supaya setiap karyawan yang bergabung dengan mitra Hulala punya kualifikasi memadai. "Saat ini kami masih mencari tim," timpalnya.

Untuk urusan pemasaran, Hulala sudah memanfaatkan teknologi online seperti lewat website atau media sosial. Sedangkan pemasaran offline, yang dulu kerap dijalankan, sudah tidak lagi diterapkan.

Nah, kalah ada yang minat, Hulala menargetkan tahun ini bisa tambah 120 gerai lagi. Dani bilang target tersebut terkait target bulanan yang dipatok bisa tambah antara 10-15 gerai.

Manda Ice Cream

Usaha makanan penutup besutan Mariono ini mulai menawarkan kemitraan sejak tahun 2013. Dalam ulasan KONTAN pada Januari 2017, jumlah gerai yang beroperasi ada 15 yang tersebar di Jabodetabek.

Selang satu tahun, ternyata seluruh gerai tersebut tutup karena kesulitan  mendapatkan pasokan bahan baku. "Bahan baku impor dan mahal dan sekarang sulit masuk,"  katanya ke KONTAN, (10/1).

Penutupan gerai ini sudah dimulai sejak enam bulan lalu. Mariono mengaku bakal kembali membuka usaha tersebut bila kondisi bahan baku impor sudah stabil dari sisi harga dan pasokan. Ia masih enggan memakai bahan baku lokal karena secara kualitas ia anggap belum sebaik impor.

Kala masih beroperasi,  Manda Ice Cream menawarkan dua paket kemitraan yaitu paket Rp 15,5 juta dan Rp 26,5 juta. Setelah bergabung, mitra bakal mendapat pasokan bahan baku es krim sebanyak 14 kilogram (kg). Adapun untuk pembelian selanjutnya, mitra dikenakan biaya Rp 70.000 per kg.

Sedangkan, untuk harga produk dibanderol antara Rp 8.000 sampai Rp 16.000 per biji. Selain itu, ia juga menjual bubuk es krim.

Padahal kala itu, Usaha ini  terbilang cukup berhasil. Sebab Mariono sempat mengandeng lebih dari 1.000 mitra dari Aceh hingga Papua. Penjualan tertinggi bubuk es krim terdapat di Papua. Menurut pengakuannya, beberapa mitra di sana dalam sebulan bisa memesan lebih dari 100 kilogram  bubuk es krim per bulannya.  

Hipppies Ice Cream
 

Pelaku usaha lainnya adalah Alex Steaven Andrew di Medan. Mendirikan usaha Hippies Ice Cream pada November 2015, Alex menawarkan kemitraan pada Februari 2016. Saat itu, belum ada mitra yang bergabung.

Hingga pertengahan tahun 2016, Alex pun tidak meneruskan kemitraan karena pindah lokasi bekerja di Jakarta. "Saat ini dipindahkan dinas ke Jakarta, jadi terpaksa usaha Hippies Ice Cream berhenti," tutur Alex kepada KONTAN, Jumat (12/1).

Karena itulah program kemitraan Hippies Ice Cream jadinya terhenti dan tidak ada lagi paket penawaran kemitraan.

Cuma, Alex tidak seratus persen berhenti berkutat di es krim. Ia berencana  membuka usaha gelato dengan merek baru di Bogor dan Bekasi. Usaha ini akan didirikan tahun ini bersama rekan bisnis. Namun, dia tidak menjelaskan detail merek dan waktu persis beroperasinya usaha gelato.

Padahal sebelumnya Hippies Ice Cream menawarkan paket investasi ekonomis senilai Rp 10 juta saja.  Dengan paket tersebut, mitra akan mendapat peminjaman scooping cabinet atau mesin pemajang es krim,  stok produk sebanyak 6 bin atau sekitar 6 liter, peralatan dan perlengkapan usaha, media promosi seperti banner dan flyer, kemasan (cup dan sendok), perawatan kebersihan scooping cabinet tiap bulan, biaya angkut paket kemitraan ke lokasi maksimal radius 15 km dan pelatihan karyawan.

Program kemitraan tersebut berlangsung selama satu tahun dan setelah itu bisa diperpanjang dengan perjanjian baru. Selain itu, mitra wajib memasok produk ke pusat. Yang enak adalah mitra bakal tidak terkena biaya royalti selama menjalin kemitraan.

Alex mengatakan kelebihan dari Hippies Ice Cream terletak pada varian rasa mencapai 50 ragam. Jumlah rasa yang banyak itu terjadi karena ia kerap meluncurkan rasa baru yang disukai konsumen. Beberapa rasa tersebut antara lain superman, milove, red velvet, rum raisin, milo, cookies, tiramisu, lovely strawberry, dan lainnya. Harga yang dibanderol sekitar Rp 15.000 per cup untuk mitra di dalam mal dan Rp 12.000 diluar pusat belanja.

Saat masih beroperasi, Hippies Ice Cream menargetkan mitra agar dapat menjual 70 cup per hari. Dengan begitu, mitra diperkirakan meraup omzet Rp 1 juta per hari atau sekitar Rp 31 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya pembelian bahan baku, sewa tempat, gaji pegawai dan biaya operasional, mitra diperkirakan mendapat laba bersih sekitar Rp 9 juta per bulan. Dari situ, mitra bisa balik modal sekitar empat  bulan.    

Harus kreatif dan manfaatkan online

Pengamat waralaba Djoko Kurniawan menilai bisnis es krim masih punya peluang yang cukup bagus. Salah satu faktor karena camilan ini punya banyak penggemar, terutama kalangan muda.

Namun, kompetisi bisnis di sektor kuliner atau makanan saat ini memang semakin ketat, termasuk juga produk es krim. Untuk itu para pebisnis harus jeli melihat pasar bila ingin terjun ke bisnis es krim.

Ia menyarankan mitra melihat betul produk yang ditawarkan sebelum berinvestasi. "Produk yang dimiliki harus beda sehingga bisa memisahkan diri dari kompetisi dengan para pemain besar," katanya kepada KONTAN, Jumat (12/1).

Selain itu, para mitra juga harus kreatif dalam berbisnis ini. Tidak cuma terpaku dengan apa yang ada di dalam tawaran kemitraan. Semisal, mitra bisa menentukan rasa, bentuk, serta cara penyajian dari produk es krim tersebut. Ia menduga, bila ada program kemitraan yang tidak berhasil alias kandas di tengah jalan karena si investor tidak punya inovasi atau kurang kreatif dalam menggali potensi bisnis.

Begitupun dengan kendala bahan baku yang harus diimpor. Menurutnya, alasan tersebut justru tidak masuk akal. Seharusnya, si investor harus memikirkan alternatif bahan bakunya supaya bisnis ini bisa terus berjalan. Laiknya perusahaan yang mengalami kesulitan bahan baku. "Jadi si investor harus cari alternatif bahan baku," tukasnya.

Langkah lain yang tidak kalah penting bagi pebisnis ini adalah jangan cuma ikut-ikutan tren tanpa memahami konsep dan model bisnis dari usaha es krim. "Pemahaman yang benar tentang bisnis es krim akan membuat bisnis bertumbuh dan berkembang dengan baik,” kata Djoko.

Kalaupun pebisnis sudah menentukan pasar, apakah itu menyasar kalangan menengah atau bawah, sejatinya bisa dilakuakn dengan mudah karena produk ini memang sudah punya penggemar. Apalagi es krim bukan produk musiman dan bisa dikonsumsi sepanjang tahun.

Langkah lain yang harus ditempuh pebisnis ini adalah sudah memanfaatkan penjualan cara online yang makin marak saja saat ini. Ini sebagai cara untuk ekspansi pasar yang lebih luas. Sedangkan untuk pemasaran offline. Ia saranakan  cukup melalui pameran saja. "Yang ingin menang harus eksis di online," sahutnya.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×