kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju ekspor kopi terganjal produksi


Kamis, 16 November 2017 / 11:03 WIB
 Laju ekspor kopi terganjal produksi


Reporter: Lidya Yuniartha, Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk kopi asal Indonesia berpeluang meningkatkan pangsa pasarnya di dunia. Namun jalan untuk merealisasikan potensi tersebut masih menghadapi kendala produksi kopi dalam negeri yang stagnan.

Saat ini, rata-rata produksi kopi domestik dalam setahun berkisar 665.000 ton hingga 700.000 ton. Dari angka tersebut, sebanyak 400.000 ton dijual ke pasar internasional.

"Ekspor kopi kita berada di kisaran angka 400.000 ton karena permintaan domestik juga masih tinggi. Jadi produksi kita harus dibagi untuk ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujar Hutama Sugandhi, Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki), kemarin.

Merujuk ke produksi yang masih jalan di tempat di saat pintu masuk ke pasar ekspor terbuka lebar, Hutama berharap pemerintah turut berupaya meningkatkan produksi. Menurut dia, selama ini pemerintah belum melakukan apa pun untuk menggenjot produksi kopi lokal.

Salah satu pasar luar negeri yang mencetak tren peningkatan permintaan adalah Korea Selatan (Korsel). Dalam catatan Kementerian Perdagangan (Kemdag), ekspor kopi ke Korsel selama Januari-Agustus 2017 meningkat sebesar 53,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor ini mencapai sekitar US$ 9,42 juta.

Saat ini, Korsel memang masih terbilang pasar ekspor yang kecil bagi kopi Indonesia. Adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Jepang yang merupakan tiga pasar terbesar di dunia bagi kopi Indonesia. "Sekitar 40% dari ekspor kopi kita mengalir ke AS. Lalu, Uni Eropa sekitar 35%, dan Jepang sekitar 15%," ujar Hutama kepada KONTAN, Rabu (15/11).

Agenda prioritas

Hutama mendesak pemerintah menjadikan peningkatkan produksi kopi sebagai agenda prioritas mulai tahun 2018. Menurut Hutama, semua produksi kopi Indonesia, baik yang berjenis robusta maupun arabica laku di pasar ekspor. Saat ini, 75% hasil produksi kopi nasional merupakan kopi robusta. Tak cuma dalam bentuk biji, kopi yang diekspor juga berbentuk aneka produk olahan lain.

Hutama pun optimistis produk kopi Indonesia tak akan kesulitan untuk bersaing di pasar dunia, mengingat produk asal Indonesia sudah punya cukup nama di pasar dunia. Menurut dia, kopi asal Indonesia memiliki kualitas yang baik karena ditanam di kawasan yang subur. Selain itu, wilayah Indonesia yang sangat beragam mengakibatkan masing-masing kopi di masing-masing daerah memiliki ciri khas tertentu.

Hutama mencatat, Korsel bukan satu-satunya pasar luar negeri yang potensial bagi kopi Indonesia. Ekspor kopi ke negara-negara di kawasan Timur Tengah, Eropa Timur, dan China juga sangat mungkin naik.

Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) menambahkan ekspor akan sulit meningkat karena produksinya yang tidak kunjung naik. Menurutnya, upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi dengan mengembangkan lahan sulit dilakukan.

"Pengembangan lahan untuk kopi itu tidak bisa karena masih ada komoditas lain seperti sawit, karet, dan kakao yang lebih menghasilkan uang. Pasti semua komoditas berebutan," ujar Pranoto.

Direktur Pengembangan Promosi dan Citra, Ditjen PEN Kementerian Perdagangan Sulistyawati mengatakan untuk meningkatkan ekspor kopi, pemerintah telah memfasilitasi pertemuan para pengusaha kopi gayo Indonesia dengan pembeli kopi asal Kanada. " Kami memperkenalkan kopi khas Indonesia yang memiliki 16 jenis dengan indikasi geografis yang tersebar hampir di seluruh Indonesia," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×