kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Klaim rokok elektrik sehat, ini respon perhimpunan dokter paru-paru


Kamis, 11 Juli 2019 / 19:57 WIB
Klaim rokok elektrik sehat, ini respon perhimpunan dokter paru-paru


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Belakangan ini, pasar rokok nasional diramaikan oleh kehadiran rokok elektrik. Produk rokok elektrik ini juga biasa dikenal dengan sebutan Electronic Cigarettes (ECs) atau Electronic Nicotine Delivery System (ENDS). Secara sederhana, rokok elektrik dapat dipahami sebagai perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah zat-zat kimia menjadi uap untuk kemudian dialirkan ke paru-paru.

Sebagaimana yang sudah dilaporkan Kontan sebelumnya, produk rokok elektrik ini sudah mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2013 silam melalui pedagang dan distributor kecil. Namun demikian, produk rokok elektrik ini semakin terasa keberadaannya seiring dengan masuknya beberapa produsen rokok elektrik global seperti Philip Morris dan Juuls Labs.

Beberapa produsen rokok mengklaim bahwa rokok elektrik yang mereka produksi memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan rokok konvensional. Salah satu produsen rokok elektrik dunia, Juuls Lab bahkan menyatakan bahwa rokok elektrik yang diproduksinya dapat digunakan sebagai pilihan alternatif bagi perokok konvensional yang ingin beralih dan memulai hidup lebih sehat.

“Kami berusaha untuk membuat produk kami seaman mungkin untuk dikonsumsi dengan mengandalkan teknologi pembuatan yang tidak dimiliki oleh produsen rokok lain,“ terang pendiri dan Chief Product Officer, James Monsees dalam acara peluncuran produk Juuls yang berlangsung di Four Seasons Hotel, Jakarta (10/07).

Sebagaimana yang dilaporkan Kontan pada artikel sebelumnya, negara seperti Selandia Baru bahkan sempat merekomendasikan pemakaian produk rokok elektrik sebagai salah satu solusi bagi warganya yang ingin berhenti merokok karena dinilai lebih rendah risiko. Kampanye ini rencananya akan digencarkan pada Agustus 2019 mendatang.

Lalu, bagaimana sebenarnya risiko kesehatan yang timbul akibat pemakaian rokok elektrik dari tinjauan ilmiah? Dalam publikasi yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada 11 Maret 2014, disebutkan bahwa rokok elektrik bisa saja mengandung beberapa zat yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Dalam publikasi tersebut, Kemenkes mengutip temuan German Cancer Research Center yang menyebutkan bahwa rokok elektrik dapat mengandung beberapa zat bersifat karsinogenik seperti formaldehyde, acetaldehyde, dan acrolein.

Sejalan dengan pandangan di atas, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K). Susanto menerangkan bahwa pemakaian produk rokok berbahaya bagi kesehatan karena terbukti megandung nikotin, zat-zat bersifat karsinogen yang dapat menyebabkan kanker serta bahan-bahan toksik. Beberapa zat bersifat karsinogen yang dimaksud di antaranya yakni zat-zat seperti gliserol, formaldehid, logam, dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan Susanto, pernyataan ini telah disepakati oleh beberapa ahli kesehatan seperti Ketua Pokja Masalah Rokok (PDPI), dr Feni Fitriani Sp.P(K) dan Ketua Umum PB Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr Sally Aman Nasution, SpPD-KKV yang hadir dalam konferensi pers bertemakan kesehatan pada 14 Mei 2019.

Rokok-rokok elektrik yang diproduksi oleh produsen-produsen besar di pasaran memiliki komposisi serta kandungan zat kimia yang berbeda pada masing-masing produknya. Juuls Lab misalnya, menyatakan bahwa produknya hanya memiliki kandungan nikotin yang rendah dalam dua varian berbeda, yakni 3% dan 5%.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×