kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemperin: Tingkatkan nilai tambah, industri farmasi bisa manfaatkan seri


Senin, 12 Maret 2018 / 10:57 WIB
Kemperin: Tingkatkan nilai tambah, industri farmasi bisa manfaatkan seri
ILUSTRASI. Ngakan Timur Antara, Kepala BPPI Kemenperin


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) mendorong Unit Pelayanan Teknis (UPT) baik Balai Besar maupun Balai Riset dan Standardisasi agar semakin giat melakukan penelitian dan pengembangan (litbang) untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional.

"Salah satu UPT yang sedang mengembangkan inovasi, yaitu Balai Besar Tekstil (BBT) Bandung, dengan memanfaatkan protein perekat dari ulat sutra atau serisin yang ternyata berguna sebagai bahan aktif untuk mendukung sektor industri farmasi dan kosmetik," kata Ngakan Timur Antara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI)  dalam keterangan resminya, Senin (12/3).

Ngakan menjelaskan, serisin erat kaitannya dengan proses produksi sutra. Di bidang farmasi, serisin dapat diaplikasikan sebagai penyembuhan luka, pencegah tumor melalui penghambatan radiasi sinar ultraviolet, serta memiliki antioksidan dan antibakteri. Sementara itu, "Di bidang kosmetik, serisin bisa dipakai sebagai anti kerut dan penuaan dini," ungkapnya. 

Menurutnya, serisin tidak hanya didapatkan dari kokon (kepompong ulat sutra) berkualitas baik saja, namun juga dari kokon cacat. Jumlah kokon cacat yang dihasilkan bisa mencapai 8,78% dari total produksi kokon. 

Rata-rata produksi petani kokon di Indonesia sebesar 40 kilogram (kg) kokon per masa panen. "Jadi, yang tengah didorong BBT Bandung selaku UPT litbang di bawah BPPI, adalah peningkatan nilai tambah kokon menjadi serisin, sehingga dapat pula menyejahterakan petani kokon di Indonesia," tutur Ngakan.

Dari hasil penelitian, kokon ulat sutra mengandung 20%-30% serisin. Jika saja petani kokon Indonesia mampu mengekstraksi 10% serisin grade murni dari bobot total kokon, maka potensi penambahan pendapatan kotor petani kokon sebesar Rp 60 juta setiap masa panen. "Dengan asumsi harga serisin yang ada di pasaran saat ini Rp 15.000 per gram," jelas Ngakan.

Besarnya potensi tersebut diharapkan dapat menggairahkan kembali kegiatan produksi persuteraan nasional. 
Berdasarkan data Kemperin, hingga saat ini ada 200-an petani kokon di Tanah Air. Sebagian besar terkonsentrasi di Kabupaten Soppeng dan Wajo, Sulawesi Selatan, serta Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri farmasi nasional terus berupaya membangun struktur yang dalam dan terintegrasi agar mampu menghasilkan produk-produk dengan inovasi baru dan bernilai tambah tinggi. Guna menciptakan tujuan tersebut, antara lain diperlukan ketersediaan bahan baku dan penguasaan teknologi sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk pasar domestik dan ekspor.

“Industri farmasi dan bahan farmasi merupakan salah satu sektor andalan yang diprioritaskan dalam pengembangannya, karena berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian nasional di masa yang akan datang, tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×