Kanker serviks, penyakit mematikan kaum perempuan

Selasa, 12 April 2011 | 08:57 WIB Sumber: Harian KONTAN, 12 April 2011

Kanker. Siapa yang tidak gentar mendengar jenis penyakit yang satu ini? Ya, penyakit kanker merupakan momok menakutkan bagi setiap manusia. Maklum, kanker merupakan penyakit paling mematikan di dunia.

Satu di antara jenis penyakit kanker yang banyak menelan korban jiwa adalah kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim wanita. Di bagian inilah tempat bertumbuhnya kanker serviks.

Kanker serviks menempati peringkat pertama kanker penyebab kematian pada perempuan, di atas kanker payudara dan kolorektal. Berdasarkan data Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tiap tahun, sekitar 490.000-500.000 perempuan terdiagnosis mengidap kanker serviks. Dari jumlah itu, sekitar 80% tinggal di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Di Tanah Air, para pakar kesehatan meyakini, saban tahun terjadi sekitar 200.000 kasus baru penyakit mematikan ini. "Di dunia setiap dua menit, seorang perempuan meninggal karena kanker serviks. Di Indonesia setiap satu jam," papar Imam Rasjidi, Dokter Spesialis Onkologi Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals, Jakarta.

Infeksi virus HPV

Sama seperti kebanyakan penyakit kanker jenis lain, hingga saat ini, para ahli medis belum menemukan penyebab pasti kanker serviks. Faktor ekstrinsik yang diduga menjadi pemicu kanker serviks adalah smegma atau gumpalan lengket berwarna putih, infeksi virus human papilloma virus (HPV), dan spermatozoa.

Pada perkembangannya, para ahli medis cenderung menyatakan infeksi virus HPV sebagai penyebab kanker serviks. Di tubuh seseorang terdapat banyak tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks. Antara lain, HPV tipe 16, 18, 45, 31, dan 52 yang secara bersamaan dapat menjadi penyebab lebih dari 80% kasus kanker serviks. Sistem kekebalan tubuh secara otomatis dapat membersihkan sekitar 80% virus HPV yang berada dalam tubuh seorang penderita kanker ini.

Hanya saja, sisa 20% virus tersebut berpotensi menjadi infeksi persisten atau menetap. Inilah yang menyebabkan munculnya kanker serviks, tentu dalam proses dan waktu yang lama sebelum berkembang menjadi ganas. "Mereka yang mengalami infeksi persisten jarang menunjukkan gejala pada stadium awal, biasanya berkembang menjadi kanker serviks beberapa tahun kemudian," kata Imam.

Namun, infeksi virus HPV dapat disembuhkan secara tuntas lewat metode pengobatan yang ada saat ini. "Pada tahap awal atau prakanker, penderita kanker serviks masih dapat disembuhkan lewat metode pengobatan yang tepat," papar Imam.

Nanang Hasani, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Rumah RSIA Hermina Podomoro, Jakarta, mengatakan, kanker serviks biasa menyerang penderita berusia 35 tahun ke atas. Tapi, wanita berumur di bawah usia itu juga berpotensi terserang kanker serviks. "Wanita yang aktif berhubungan seks pada usia dini berisiko terkena kanker ini," kata dia.

Menurut Nanang, beberapa gejala kanker serviks bisa diamati, meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital wanita juga bisa menjadi petunjuk adanya infeksi HPV.

Tip menghindari kanker serviks: pemeriksaan dini

Penanganan yang tepat bisa menyelamatkan jiwa penderita penyakit kanker serviks. Bahkan, virus HPV, penyebab munculnya penyakit kanker leher rahim, dapat dibersihkan secara tuntas.

Deteksi dini adalah kunci untuk mencegah ancaman serius penyakit kanker serviks, yakni kematian penderita. Melalui deteksi dini, indikasi munculnya sel kanker leher rahim dapat segera diketahui. Salah satu media untuk mendeteksi dini sel kanker serviks adalah tes pap smear. Tes ini bisa mendeteksi keberadaan sel kanker, sehingga dokter bisa menentukan langkah pengobatan yang diperlukan penderita.

Paling tidak, pap smear dilakukan setahun sekali oleh wanita yang telah aktif berhubungan intim. Dalam tes ini dokter menggunakan spatula atau sejenis sikat halus untuk mengambil lendir di leher rahim, kemudian diproses dan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat ada tidaknya sel-sel abnormal.

Selain pap smear, ada jenis pemeriksaan rutin yang dapat dilakukan oleh wanita, yakni thin prep. Pada tes thin prep ini proses pengolahan bahan yang diambil sedikit berbeda dengan pap smear, sehingga sel-sel bakal terlihat lebih jelas di bawah mikroskop.

Ada pula tes HPV. Biasanya, dokter menganjurkan tes HPV ini bersamaan dengan pelaksanaan tes pap smear. Selain melacak apakah seorang pasien terinfeksi virus HPV, deteksi dini juga dapat menentukan tipe virus HPV yang menjangkiti tubuh pasien.

Beberapa tipe virus HPV yang dapat memicu kanker adalah tipe 16, 18, 45, 31, dan 52. Beberapa tipe lain hanya menimbulkan kutil di daerah genital dan dubur.

Berikutnya tes kolposkopi dan biopsi terarah. Tes ini dilakukan bila hasil tes pap smear menunjukkan kelainan atau terdapat keberadaan sel-sel yang abnormal pada leher rahim.

Tes visual inspection with acetic acid (IVA), juga biasa direkomendasi untuk mendeteksi dini kanker serviks. Tes IVA merupakan pemeriksaan dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3%-5%. Bila setelah dipulas terjadi perubahan warna, yakni terdapat bercak putih, maka terdapat kemungkinan kanker serviks mulai menyerang Anda.

Serangkaian tes pada deteksi dini diyakini dapat menurunkan angka kanker serviks invasif antara 46%-76% dan menurunkan tingkat kematian sekitar 50%-60%. "Jadi, tidak perlu malu atau sungkan melakukan deteksi dini," saran Imam Rasjidi, Dokter Spesialis Onkologi Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals, Semanggi.

Saran senada disampaikan Nanang Hasani, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RSIA Hermina Podomoro, Jakarta. Menurut dia, untukmencegah terjadinya kanker serviks, perempuan yang telah aktif berhubungan seks harus melakukan deteksi dini kanker leher rahim.

Saat ini masih banyak wanita di Indonesia yang malu untuk memeriksakan kesehatan leher rahimnya ke dokter. "Mereka masih merasa tabu memeriksakan alat reproduksinya ke dokter. Padahal, saat ini, di puskesmas sudah ada layanan deteksi dini kanker serviks. Biayanya juga murah," kata Nanang.

Jika penyakit ini tidak dideteksi sejak ini, penyebaran sel kanker akan lebih cepat, yang berujung pada kematian pasien. "Kalau sudah stadium lanjut sulit disembuhkan karena sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh lain, seperti liver, kandung kemih, ginjal, dan paru-paru," kata Nanang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test

Terbaru