kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak selalu bikin gemuk, lemak justru bisa bantu diet


Jumat, 08 November 2019 / 21:34 WIB
Tak selalu bikin gemuk, lemak justru bisa bantu diet
ILUSTRASI. Konsumsi lemak sebetulnya tidak secara otomatis membuat kita gemuk.


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lemak sering dianggap sebagai "tokoh jahat" yang menjadi biang keladi kenaikan berat badan. Padahal, konsumsi lemak sebetulnya tidak secara otomatis membuat kita gemuk.

Hal yang membuat kita gemuk adalah terlalu banyak mengonsumsi makronutrien (lemak, protein atau karbohidrat) yang mengakibatkan peningkatan risiko kenaikan berat badan. "Lemaknya sendiri tidak membuat kita gemuk," kata ahli gizi teregistrasi dari Cleveland Clinic Wellness, Kristin Kirkpatrick kepada Popsugar.

Terminologi lemak memang agak menyesatkan, namun hal ini ada alasannya. Bagi mereka yang sangat menghitung asupan kalori, lemak bisa menjadi nutrisi yang sangat mengerikan karena lebih padat kalori.

Baca Juga: Mengapa perokok pasif berisiko terkena kanker paru-paru? Ini penyebabnya

Satu gram lemak mengandung sembilan kalori. Angka ini lebih besar daripada satu gram protein atau karbohidrat yang hanya mengandung empat kalori. "Miskonsepsi lainnya adalah semua lemak dianggap tidak sehat karena orang-orang juga cenderung mengasosiasikan lemak dengan makanan yang lebih memanjakan, seperti mentega dan steak," kata Kristin.

Orang-orang kerap berpikir secara sederhana bahwa makan lemak akan membuat tubuh membentuk lebih banyak lemak sehingga berat badan naik. Padahal, berat badan naik jika kita mengonsumsi makanan olahan, makanan tidak sehat atau secara konsisten makan berlebih, termasuk lemak. Namun lemak tidak langsung membuat berat badan kita naik.

Lemak untuk membantu diet

Alih-alih bikin gemuk, lemak justru bisa membantu kita menurunkan berat badan. Kristin mengatakan, banyak kliennya yang bisa menurunkan berat badan dengan pola makan tinggi lemak.

Penurunan berat badan bisa terjadi karena mereka mengganti karbohidrat sederhana dan gula dengan lemak sehat, seperti kacang-kacangan. Pola diet populer seperti diet ketogenik yang tinggi lemak dan rendah karbohidrat adalah salah satunya. Diet keto sudah banyak membantu orang menurunkan berat badan, meskipun pola ini masih menjadi perdebatan di kalangan ahli gizi.

Baca Juga: Ini tips gaya hidup sehat untuk mencegah risiko terserang stroke

Menurut Kristin, lemak juga lebih sulit untuk dicerna daripada nutrisi lain, misalnya karbohidrat. Sehingga, lemak akan membutuhkan waktu lebih lama untuk bergerak melalui sistem pencernaan dan membuat kita kenyang lebih lama serta sedikit ngemil.

Karena alasan yang sama, lemak juga mampu meningkatkan metabolisme tubuh. Tubuh memerlukan lebih banyak energi (membakar kalori) untuk mencernanya. Lalu pertanyaannya, berapa jumlah lemak yang disarankan?

Rata-rata orang disarankan mengonsumsi sekitar 30% lemak setiap harinya. Namun, hal ini berdasarkan kondisi tubuh, tingkat aktivitas dan kesehatan seseorang secara umum.

Jika tidak yakin, berkonsultasilah pada dokter atau ahli gizi untuk arahan secara spesifik. Usahakan pula mengonsumsi lemak-lemak sehat, seperti alpukat, kacang-kacangan, kedelai, minyak zaitun, dan ikan berlemak, seperti tuna dan salmon.

Baca Juga: Diet rendah lemak dan rendah karbohidrat, mana lebih efektif?

Jadi, pada intinya kita tak perlu menghilangkan lemak dari pola makan harian jika ingin menurunkan berat badan atau sekadar ingin sehat. Pastikan kita  mengonsumsi sumber-sumber lemak sehat serta seimbangkan dengan karbohidrat banyak protein. (Nabilla Tashandra)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tak Selalu Bikin Gemuk, Lemak Justru Bisa Bantu Diet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×