kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sambut Idul Adha, berikut empat mitos seputar daging kambing


Minggu, 11 Agustus 2019 / 04:16 WIB
Sambut Idul Adha, berikut empat mitos seputar daging kambing
ILUSTRASI. Ilustrasi penyembelihan daging hewan kurban


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, Minggu (11/8), umat Islam merayakan hari Raya Idul Adha. Momen ini biasanya diwarnai dengan penyembelihan dan pembagian hewan kurban. Selain sapi, hewan kurban yang biasa disembelih adalah kambing.

Ada banyak mitos seputar daging kambing yang justru membuat banyak orang salah kaprah. Nah, agar kita tidak salah memahami informasi seputar daging kambing, berikut empat mitos mengenai daging kambing yang tak harus kita percaya.

1. Daging kambing tingkatkan risiko hipertensi

Banyak orang menghindari konsumsi daging kambing karena takut tensi darahnya naik. Mengonsumsi daging kambing sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena kandungan lemak jenuh daging kambing yang jauh lebih rendah dari daging sapi dan ayam.

Lemak jenuh daging sapi pada umumnya berkisar sekitar 6 gram dan ayam mengandung hampir 2,5 gram lemak jenuh per porsinya. Sedangkan kadar lemak jenuh daging kambing hanya sekitar 0,71 gram per 100 gram berat daging.

Baca Juga: Agar puas menyantap daging, aman minum obat hipertensi dan kolesterol? Agar puas menyantap daging, aman minum obat hipertensi dan kolesterol?

Daging kambing justru kaya akan lemak tak jenuh, sekitar 1 gram per porsi, dibanding daging sapi atau ayam. Lemak tak jenuh adalah jenis lemak baik yang membantu menyeimbangkan kadar kolesterol darah, mengurangi peradangan dalam tubuh, dan menstabilkan detak jantung.

Tekanan darah tinggi setelah makan daging kambing cenderung disebabkan oleh teknik memasak yang salah. Olahan daging kambing di Indonesia seringnya digoreng dulu sebelum diolah lebih lanjut, atau dipanggang dan dibakar untuk sate dan kambing guling.

Memasak dengan cara digoreng, dibakar, atau dipanggang akan meningkatkan kalori makanan daripada versi mentahnya. Ditambah lagi, mengolah daging dengan cara-cara ini seringnya membutuhkan banyak minyak goreng, mentega, atau margarin yang akan berubah jadi lemak dan diserap cukup banyak oleh daging. 

Suhu panas ketika menggoreng atau memanggang membuat kandungan air di dalam makanan menguap hilang, dan digantikan posisinya dengan lemak yang berasal dari minyak. Lemak yang terserap ke dalam daging kemudian menyebabkan makanan yang tadinya rendah kalori menjadi berkalori tinggi.

Bahkan, peningkatan kalori yang terjadi dari ketiga cara memasak ini bisa mencapai 64% dari kalori sebelumnya. Asupan tinggi kalori dalam tubuh akan diubah menjadi lemak, yang lama kelamaan bisa menumpuk di pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah.

Baca Juga: Listrik padam, apakah makanan di kulkas masih bisa dikonsumsi?

2. Daging kambing tingkatkan gairah seksual pria

Beberapa makanan tertentu dipercaya dapat meningkatkan vitalitas pria, salah satunya adalah daging kambing. Banyak orang berpikir daging kambing memicu peningkatan tensi darah sehingga bisa membuat tubuh jadi lebih “panas”.

Efek menggebu-gebu ini dipercaya datang dari senyawa L-arginin dalam daging kambing, yang merupakan asam amino yang berperan melebarkan pembuluh darah. Pembuluh darah yang melebar dapat melancarkan aliran darah secara tidak langsung meningkatkan libido pria.




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×