kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kapan waktu terbaik untuk makan?


Kamis, 20 Juli 2017 / 13:12 WIB
Kapan waktu terbaik untuk makan?


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Apa yang kita makan adalah hal utama penentu kesehatan kita. Namun ada hal lain yang tidak kalah penting. Semakin banyak penelitian menemukan bahwa kapan kita makan juga berpengaruh terhadap risiko kegemukan dan masalah kesehatan lain.

“Bila kita melihat kebiasaan makan masyarakat yang paling sehat di seluruh dunia, kebanyakan dari mereka tidak makan terus menerus dari pagi sampai malam,” ujar Valter Longo, Ph.D., profesor ilmu biologi di University of Southern California.

“Jadi meski yang Anda makan adalah makanan sehat, namun menyantapnya lima atau enam kali sehari bisa menimbulkan masalah,” ujarnya.

“Tubuh manusia tidak dirancang untuk makan sepanjang hari,” kata Mark Mattson, Ph.D., kepala Laboratorium Ilmu Saraf di National Institute of Aging, AS. “Namun kenyataannya, orang terbiasa mengunyah sepanjang hari selama tidak tidur. Ini barangkali menjadi penyebab begitu banyak orang menjadi kegemukan.”

Sederhananya, makan tiga kali sehari ditambah snack di antaranya ternyata bukan cara terbaik untuk makan. Jadi bagaimana seharusnya kita mengatur jadwal makan kita?

Ada cara-cara mengatur waktu makan yang mudah untuk bisa menjaga berat badan sekaligus menjaga kesehatan dengan mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan lainnya.

Cukup tiga kali sehari

Sekalipun Anda menghitung dan membatasi kalori yang Anda makan dalam sehari, namun mengudap di antara waktu makan bisa membuat kadar gula darah Anda naik. Hal ini pada akhirnya bisa meningkatkan risiko kegemukan dan penyakit metabolisme seperti diabetes.

“Bila kita makan terus menerus, maka tubuh akan mendapat pesan bahwa ia harus selalu berada pada kondisi metabolisme tinggi, dan ini membuat tubuh cenderung menyimpan kelebihan lemak,” kata Longo.

Selain itu, makan terus-terusan juga menganggu proses regenerasi sel, yang sebenarnya bisa melindungi kita dari penyakit seperti kanker.

Maka sarannya: Jika kita tidak kegemukan, maka makanlah tiga kali sehari dalam waktu 12 jam, tidak lebih. Namun bila kita kegemukan, ia menyarankan untuk makan dua kali sehari ditambah satu snack, yang bisa dimakan sebagai sarapan, makan siang atau makan malam.

Snack itu sebaiknya tidak lebih dari 100 kalori, dan lebih baik jika berupa makanan sehat seperti salad sayuran, atau buah-buahan.

Makan antara jam 8 pagi hingga jam 7 malam

Dalam sebuah study oleh Universitas Pennsylvania, sekelompok orang diminta makan tiga kali antara pukul 8 pagi hingga 7 malam selama 8 minggu. Kelompok lainnya makan mulai tengah hari hingga pukul 11 malam. Kedua kelompok itu kemudian bertukar posisi setelah 8 minggu.

Hasilnya, kelompok yang makan lebih pagi mengalami penurunan berat badan dan mengalami perbaikan kadar gula darah, kolesterol dan trigliserid. Namun hal sebaliknya terjadi pada kelompok kedua.

“Temuan ini menggarisbawahi bahwa makan terlalu siang hingga mendekati waktu tidur akan mempengaruhi metabolisme dan bagaimana tubuh mengolah makanan yang masuk,” ujar Namni Goel, Ph.D., peneliti dari Penn’s Perelman School of Medicine. Penelitian sebelumnya juga mengaitkan “penundaan waktu makan” ini dengan risiko kegemukan.

Mengapa jadwal makan yang mundur bisa menjadi masalah? Ini ada kaitannya dengan ritme tubuh memproduksi hormon, kata Goel. Sederhananya, tubuh kita tidak mengolah makanan sebaik saat kita makan lebih pagi.

Baca: Makan Sesuai Ritme Sirkadian Tubuh Efektif Turunkan Berat Badan (Wisnubrata)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×