kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penjelasan Satgas tentang kejadian ikutan yang terjadi dalam vaksinasi di Sulut


Minggu, 04 April 2021 / 18:57 WIB
Ini penjelasan Satgas tentang kejadian ikutan yang terjadi dalam vaksinasi di Sulut
ILUSTRASI. Vaksinasi.


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program vaksinasi di Sulawesi Utara (Sulut) sempat terhenti pada pekan terakhir Maret silam. Penyebabnya, ada laporan tentang kejadian tidak diharapkan yang menimpa peserta program vaksinasi.

Jurubicara Satgas Penanganan Covid-19 Sulut Steaven Dandel, menjelaskan penghentian semantara itu merupakan langkah hati-hati yang harus diambil. Mengingat, “Adanya angka kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) sebesar 5%-10% dari total yang divaksin AstraZeneca,” tutur Steaven, seperti dikutip kompas.com

Gejala ikutan yang dilaporkan peserta vaksinasi di Sulut seperti demam, menggigil, nyeri di badan dan tulang, mual dan muntah. Merujuk ke dokumentasi emergency use authorization (EUA) vaksin Covid-19 AstraZeneca, kejadian ikutan yang disebut di atas merupakan efek samping yang sifatnya sering hingga sangat sering terjadi. Catatan saja, yang dimaksud sering terjadi adalah 1 di antara 100 suntikan. Sedang sangat sering terjadi adalah 1 di antara 10 suntikan.

Baca Juga: Pemerintah tetap akan lakukan vaksinasi Covid-19 di bulan puasa

Karena KIPI yang terjadi termasuk ringan, dan sudah tertangani, vaksinasi di Sulut pun bisa bergulir kembali. “Komnas KIPI telah mengeluarkan surat rekomendasi yang ditujukan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melalui Tim Komisariat Daerah KIPI, untuk melanjutkan program vaksinasi Covid-19,” ujar Wiku Adisasmito, Jurubicara Satgas Penanganan Covid-19, Kamis pekan lalu.

Dalam laman resminya, Satgas menjelaskan tentang dua kejadian tidak diinginkan yang bisa muncul setelah vaksinasi. Kejadian pertama itu biasa disebut KIPI, yang merupakan kejadian yang tidak berkaitan langsung secara sebab akibat dengan vaksin. Penyebab KIPI ini seperti faktor genetik, pengaruh obat lain, adanya kesalahan medis dan faktor lain.

Sedang kejadian ikutan kedua lazim disebut reaksi simpang. Ini adalah kejadian ikutan yang terbukti berkaitan langsung secara sebab akibat dengan vaksin. Dalam kenyataan, kejadian ikutan yang berupa reaksi simpan ini sangat sedikit jika dibandingkan kejadian ikutan lainnya. Mengingat, proses pembuatan vaksin sudah memiliki standar pengawasan yang ketat, sejak dari pengembangan hingga distribusi.

Baca Juga: PBB: Masih ada ketidakadilan dalam distribusi vaksin Covid-19 secara global

Dari hasil monitoring yang dilakukannya, Satgas menyatakan KIPI yang umum dialami peserta vaksinasi Covid-19 di Indonesia biasanya berupa rasa nyeri dan pembengkakan di area lokal penyuntikan. Efek lain yang juga umum ditemukan adalah keletihan, sakit kelapa, rasa nyeri otot atau sendi dan demam.

Agar terhindar dari efek semacam itu, ada upaya sederhana yang bisa dilakukan peserta vaksinasi. Rasa sakit dan rasa tidak nyaman dapat dikurangi dengan pengompresan di area suntik. Peserta vaksinasi juga diminta menjaga hidrasi tubuhnya masing-masing.

Meski kejadian ikutan yang dialaminya terbilang umum, masyarakat tetap diminta waspada. “Apabila dirasakan dalam waktu yang cukup lama, atau lebih dari satu bulan, atau mengakibatkan efek yang berat pada tubuh, maka masyarakat diharapkan secara proaktif melaporkan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan segera,” tutur Wiku.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Simak Bagaimana Rantai Bisnis Distribusi Vaksin Bekerja

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×