kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspada food craving antarkan pola makan salah


Rabu, 19 Oktober 2016 / 10:18 WIB
Waspada food craving antarkan pola makan salah


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kebanyakan orang tentu pernah mengalami craving, yaitu keinginan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu. Sebenarnya, craving adalah tanda bahwa tubuh membutuhkan makanan atau nutrisi tertentu. Selain disebabkan oleh rasa lapar, craving biasanya juga dipicu oleh hormonal seperti kehamilan ataupun stres.

Berbeda dari craving yang ditimbulkan oleh rasa lapar pada umumnya, food craving adalah keinginan kuat untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu yang tak berhubungan dengan kebutuhan tubuh.

Penyebabnya bisa berbagai hal, salah satu pemicunya adalah pola makan tak sehat. Umumnya, food craving dilatarbelakangi kebiasaan atau pola makan tertentu, seperti kebiasaan makan sejak kecil, misalnya selalu mengemil saat menonton TV atu bioskop.

“Sehingga, kalau enggak ada makanan di sekitar TV, pasti akan langsung mencari sesuatu untuk dimakan selama menonton. Meskipun, saat itu perut tidak lapar,” ujar Dr. Grace Judio – Kahl, Msc dalam acara Jakarta Food Editors Club di Crematology, Jakarta (18/10).

Pola makan tidak sehat, bukan hanya bisa memicu food craving tapi juga bisa memicu ketergantungan atau food addiction, terutama pada jenis makanan yang bersifat adiktif, seperti gula, gula buatan, garam, lemak, tepung, gandum, dan kafein.

Salah satu food addiction yang tanpa sadar banyak dialami masyarakat Indonesia adalah ketergantungan pada karbohidrat, terutama nasi. Ini disebabkan karena pola makan masyarakat Indonesia yang selalu mengonsumsi nasi saat makan pagi, siang, dan malam.

“Banyak orang Indonesia yang merasa belum makan kalau belum masuk nasi. Pergi ke luar negeri pun harus bawa rice cooker dan beras demi bisa makan nasi. Makan nasinya dengan lauk mie goreng dan kering kentang. Ini adalah pola makan yang salah,” jelas Dr. Grace.

Dijelaskan dokter Grace, salah satu ciri food addiction adalah penyalahgunaan asupan bukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi, melainkan untuk mendapatkan perasaan menyenangkan.

Jika konsumsi dihentikan, biasanya food addiction akan mengalami sakit kepala, sulit fokus, perubahan suasana hati, dan keinginan kuat untuk mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak.

“Mengonsumsi karbohidrat olahan memicu serotonin yang dapat memeberikan perasaan menenangkan dan menyenangkan, juga meningkatkan dopamine yang menimbulkan efek kecanduan.” 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×