kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stres karena kampanye pilkada? Ini solusinya


Senin, 31 Oktober 2016 / 10:05 WIB
Stres karena kampanye pilkada? Ini solusinya


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Bukan hanya dalam program berita, posting di sosial media pun ramai membahas dua kandidat calon presiden Amerika Serikat dan tiga pasangan calon gubernur – calon wakil gubernur DKI Jakarta. Setiap orang membanggakan pilihannya masing-masing. Bahkan, tak sedikit yang saling menyebarkan informasi negatif.

Pemilihan umum nasional atau pemilihan kepala daerah, tak bisa dipungkiri memang membawa stres tersendiri. Perbedaan pandangan politik tak jarang membawa ketegangan dalam hubungan, bahkan permusuhan.

Bagi mereka yang memilih diam, ujaran kebencian yang bertebaran di media sosial juga mengusik emosi. Hasilnya adalah stres, entah skala ringan atau berat.

"Saya pikir banyak orang yang jadi terkejut, sedih dan tercengang dengan kenyataan bagaimana orang bisa saling bermusuhan dan melampaui batas tradisional, karena pengaruh masa-masa pemilihan pemimpin publik. Beberapa orang akan terjebak dalam kehebohan dan bergabung dalam pidato-pidato kebencian yang hasilnya hanya menakut-nakuti orang lain," kata Joan Cook, seorang profesor psikiatri di Yale School of Medicine, dilansir dari Time.com.

Semua perasaan negatif itu akan memberi pengaruh buruk pada tubuh. Stres dapat membuat otot menjadi tegang, menyebabkan mual dan meredam libido. Serangan emosi negatif yang parah, menyebabkan tubuh merespon stres dengan cara memacu tekanan darah dan peradangan.

"Jika Anda berargumen dengan seseorang mengenai pemilihan pemimpin publik selama lima sampai 10 menit, mungkin Anda akan merasa sedikit tertekan tapi kemudian perasaan itu akan pergi dengan sendirinya. Tapi masalahnya, ini berlangsung setiap hari selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun," kata Lorenzo Cohen, direktur program kedokteran integratif di University of Texas MD Anderson Cancer Center.

Kabar baiknya, ada cara yang bisa Anda praktikkan untuk mengatasi cemas dan stres akibat pemilihan umum.

1. Batasi asupan berita.

"Membatasi informasi dari media massa atau media sosial mungkin akan membuat pengetahuan kita menjadi terbatas mengenai apa yang terjadi di luar sana," kata Cook,

"Tetapi, hal ini dapat menurunkan ketegangan mental." Jika informasi mengenai pemilu atau pilkada secara konstan memengaruhi suasana hati, pola tidur atau kemampuan bekerja,

Cook merekomendasikan Anda menyisihkan waktu hanya satu kali sehari untuk membaca atau menonton berita, dan selebihnya berkegiatanlah seperti biasa.

2. Ambil napas dalam-dalam.

Ini adalah praktik yang disarankan ketika Anda bermeditasi, kata Cohen. Bernapas dalam-dalam membantu menurunkan kadar hormon stres dan memberi efek menenangkan.

3. Jaga rutinitas sehat.

"Memiliki rutinitas dapat mengembalikan kontrol diri Anda," kata Cook. Tetap lakukan tugas-tugas harian Anda, dan jangan lupa untuk terlibat dalam perilaku sehat seperti pola makan seimbang, cukup tidur dan berolahraga.

4. Bermeditasi.

Meditasi adalah metode yang telah terbukti mampu meringankan stres. Sebuah studi tahun 2015 menunjukkan bahwa metode meditasi mindfulness sangat efektif meredakan ketegangan emosi.

Untuk melakukannya, bahkan Anda tidak perlu duduk diam. Yang perlu Anda lakukan adalah fokus pada diri Anda sekarang ini tanpa memikirkan hal lain di luar Anda.

Penelitian lain menunjukkan, bahwa melakukan tugas sehari-hari seperti mencuci piring dapat memberikan efek menenangkan yang sama, asal Anda melakukannya dengan penuh kesadaran.

5. Cobalah untuk memiliki diskusi yang berbobot.

Lakukan diskusi hanya dengan orang yang Anda tahu bisa tetap tenang menghadapi perbedaan dan tentu ketenangan serupa juga dituntut dari diri Anda sendiri.

“Cari pemahaman, bukan saling menyalahkan atau mencoba untuk mengubah pikiran orang lain. Kejujuran dan komunikasi adalah kata kunci untuk memelihara hubungan yang sehat di tengah perbedaan-perbedaan yang ada," anjur Cook.

6. Tahu kapan dan bagaimana menghentikan diri sendiri.

Tidak semua obrolan mengenai pemilu atau pilkada akan berjalan mulus. Ketika itu terjadi, tak mengapa jika Anda ingin keluar dari debat kusir.

Anda boleh mengatakan, "Tidak, terima kasih, aku lebih suka tidak terus-menerus membicarakan pemilu/pilkada dengan Anda. Mari kita bicarakan hal lain."

7. Kirim getaran positif kepada mereka yang berbeda pandangan dengan Anda.

Cohen menyebut ini sebagai meditasi cinta kasih, di mana orang mengirim atau mendoakan hal-hal baik untuk orang lain.

"Pemilu atau pilkada akan berlalu tapi hubungan kita dengan orang lain harus tetap ada dan terjalin dengan baik," kata Cohen mengingatkan.

(Lily Turangan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×