kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perketat karantina cegah kasus impor covid-19


Kamis, 29 April 2021 / 11:15 WIB
Perketat karantina cegah kasus impor covid-19


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia dikejutkan dengan kabar munculnya varian virus Covid-19 baru dari India seiring lonjakan kasus yang terus terjadi di sana. Mutasi ganda virus corona India telah muncul di lebih dari selusin negara. Hal itu berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO menyatakan, varian mutasi ganda yang disebut B.1.617 tersebut telah ditemukan di setidaknya 17 negara. Melansir AFP, Rabu (28/4/2021), data tersebut didapat dari pengujian 1.200 kasus yang diunggah ke database GISAID. "Sebagian besar diunggah dari India, Inggris, AS, dan Singapura," kata WHO dalam pembaruan epidemiologi mingguannya tentang pandemi. 

Kini, WHO mengkategorikan B.1.617 sebagai “varian yang perlu diperhatikan”. Kategori tersebut menunjukkan bahwa varian Covid-19 dari India itu lebih berbahaya dibandingkan varian asli virus corona. 

Baca Juga: Zona merah corona pekan keempat April 2021 meningkat 3x lipat dari sebelumnya

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan kasus yang terjadi di India merupakan silent outbreak dan ibarat bom waktu. "Grafik kasus covid-19 di India bentuknya vertikal seperti tebing terjal. Ini menunjukkan ada faktor yang dominan dalam memburuknya situasi di sana," kata Dicky kepada Kontan.co.id, Rabu (28/4).

Dicky menambahkan, varian baru covid-19 tersebut mulai menyerang kelompok usia yang rawan. Dicky tak menampik situasi tersebut bukan tak mungkin terjadi di Indonesia. Potensi impor kasus Covid-19 pun juga masih bisa terjadi. Untuk itu, DIcky menilai perlu ada pengetatan karantina yang dilakukan pemerintah.

"Karantina (di Indonesia) belum optimal. Perlu minimal 14 hari untuk umum dan 21 hari untuk India itu masa inkubasi terpanjang," sambung Dicky.

Dicky melanjutkan, secara umum langkah pencegahan yang perlu dilakukan tak jauh berbeda dengan yang ada selama ini mulai dari gerakan 3M dan mematuhi protokol pencegahan Covid-19 lainnya. Di sisi lain, Dicky pun menyarankan agar pemerintah melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh keagamaan khususnya dalam menghimbau agar tidak ada aktivitas mudik jelang lebaran.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Catat! Masa berlaku PCR dan antigen untuk KA jarak jauh berubah, ini informasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×