kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembatasan kegiatan berbulan-bulan akibat corona, masih tetap ada pelanggaran


Rabu, 13 Januari 2021 / 09:35 WIB
Pembatasan kegiatan berbulan-bulan akibat corona, masih tetap ada pelanggaran


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - ​JAKARTA. Pembatasan kegiatan masyarakat, terutama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah berlangsung lebih dari 10 bulan. Namun, pelaksanaan PSBB ini tidak merata.

Sekretaris Perusahaan PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) Ratna Hidayati mengaku sampai saat ini masih banyak warga atau masyarakat yang belum tertib untuk menjaga jarak. Beberapa kali dia menemukan di antrian x-ray saat memasuki ruang check in, antrian masuk ruang tunggu, antrian e-HAC, hingga antrian bagasi saat berada di bandara. 

"Sangat buruk dan tidak ada yang menegur, bahkan ini umum terjadi. Perilaku tidak tertib seperti itu yang harus ditertibkan," ujar Ratna kepada Kontan.co.id. 

Ratna pun berbagi pengalamannya selama menjalankan PSBB hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) saat ini. Saat berada di bandara, Ratna mengaku penerapan protokol di Bandara Ngurah Rai Bali jauh lebih baik dibandingkan dengan Bandara Soekarno Hatta dan Juanda Surabaya. "Desember lalu saya ke Bali, begitu masuk area kedatangan langsung diarahkan masuk ke jalur pemeriksaan hasil PCR dan e-HAC, dan itu tertib," ungkap dia. 

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Selasa (12/1): Bertambah 10.047 kasus baru, taati selalu 3 M

Selain itu, ada petugas yang membawa pengeras suara dan tanpa segan-segan untuk menegur langsung pengunjung yang terbukti mengabaikan protokol seperti jaga jarak. Menurut dia, hal tersebut cukup efektif untuk dilakukan, mengingat masih banyak masyarakat yang tidak tertib dalam menjaga jarak. 

Tidak jarang pula Ratna menemukan kerumunan orang-orang saat mengantri keluar dari pesawat, banyak yang berdesakan untuk segera keluar dan mengabaikan imbauan jaga jarak. Ratna menilai, perlunya aturan keras agar penumpang penerbangan secara bergiliran sesuai urutan tempat duduk.

"Perlu rasanya ada larangan untuk tidak berdiri sembari mengambil bagasi kabin jika belum waktunya. Ini karena, akan percuma untuk mengosongkan kursi tengah saat di pesawat kalau keluar saja masih berdesakan," jelasnya. 

Baca Juga: Waspada! Begini virus Covid-19 ditularkan oleh Orang Tanpa Gejala

Untuk penginapan, Ratna punya pengalaman baik saat berkunjung ke The Trans Resort Bali, dimana protokol kesehatan cukup baik diterapkan di sana. Setiap kamar disediakan masker medis dan hand sanitizer, begitu juga saat mau memasuki hotel disediakan tempat cuci tangan dengan tisu, hand sanitizer dan pemeriksaan suhu. 

Beberapa kali menjadi moderator di musim pandemi, Ratna juga merasa masih cukup aman. Narasumber dan moderator masing-masing diberikan microphone wireless dengan sarung mic yang rutin diganti. Begitu juga microphone untuk audience saat melakukan sesi diskusi dan tanya jawab. "Pengguna mic jadi tidak khawatir ada bekas droplet di mic tersebut," ujar dia.

Untuk PPKM, dia memandang hanya beberapa restoran di pusat perbelanjaan atau mall yang menerapkan protokol tersebut. Misalnya, di salah satu mall di Jakarta, kapasitas pengunjung sudah dibatasi hanya 25% saja, begitu juga dengan penggunaan masker yang dirasa sudah cukup tertib. 

"Hanya saja, yang masalah itu selama menunggu makanan pengguna masker cenderung ngobrol dan membuka maskernya. Kadang ada juga yang duduk di kursi yang bertanda silang," ceritanya. 

Baca Juga: Dua gorila di kebun binatang San Diego dinyatakan positif Covid-19

Tak jarang juga, beberapa restoran yang terkena sidak atau pemeriksaan masih saja mengabaikan aturan jaga jarak. Namun, beberapa restoran juga ada yang mulai menerapkan protokol secara ketat, mengingat denda yang dikenakan saat sidak cukup besar yakni Rp 50 juta.

Lain cerita saat Ratna ke rumah sakit, dimana dia menemukan kendornya aturan jaga jarak di tempat pendaftaran. Sebagai contoh, saat dia berkunjung ke RS di Sidoarjo untuk mengambil rapid antigen sebagai syarat terbang ke Jakarta, pengunjung rumah sakit justru berkerumun. 

"Pengunjung yang mau daftar numplek, enggak pakai jarak. Begitu juga saat di ruang tunggu pengambilan sample, dan pihak RS juga seperti tidak peduli dengan kondisi tersebut," jelasnya.

Contoh lain saat berada di Lab Prodia mega Galaxy Surabaya, Ratna mengaku protokol jaga jarak cukup baik diterapkan. Meskipun, pernah sekali waktu dia komplain pada pengelola terkait pentingnya jaga jarak yang saat itu menurutnya cukup terabaikan dan itu ditanggapi secara baik oleh manajemen.

Bahkan, sudah ada satpam yang mengatur jaga jarak, memastikan penggunaan hand sanitizer, sekaligus melakukan pengecekan suhu tubuh sebelum masuk.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Baca Juga: Mendagri minta pemda serius menerapkan pembatasan kegiatan di Jawa dan Bali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×