kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengalami long covid, ini yang perlu diperhatikan


Kamis, 25 Maret 2021 / 09:45 WIB
Mengalami long covid, ini yang perlu diperhatikan


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para penyintas Covid-19 masih dibayangi dengan efek lanjutan dari terinfeksi Covid-19. Istilah yang biasa dipakai saat ini adalah Post-Acute-SaRS-CoV-2 (PASC), atau nama lainnya sindroma covid menahun Long Covid, dan Long-Hauler.

Menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, ini adalah suatu penyakit yang kerusakannya menetap setelah melewati masa sembuh. Jadi setelah orang terinfeksi dengan virus corona ini dinyatakan sembuh, ternyata ia masih mempunyai gejala-gejala jangka panjang.

“Biasanya, orang yang terinfeksi Covid itu sebagian besar gejalanya menghilang setelah dua tiga minggu. namun ada sekelompok orang yang setelah sembuh dari covid-19 masih mengalami gejala-gejala selama satu bulan, bahkan sampai dengan beberapa bulan dan itu cukup banyak, bisa sekitar 20%,” ujarnya kepada Kontan.co.id Rabu (24/3).

Orang yang bergejala Covid, biasanya sembuh setelah dua minggu hingga empat minggu, dan paling lama menurutnya adalah 12 minggu. Akan tetapi, ada sekelompok orang yang mempunyai gejala-gejala lebih dari 12 minggu, setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan penyakit lain yang menyebabkannya.

Menurut penelitian dari Stephanie LaVergne, ilmuwan riset dari Colorado State University, banyak pekerja yang tidak dapat kembali bekerja atau melakukan aktivitas normal karena kabut otak, nyeri, atau kelelahan yang melemahkan. 

Baca Juga: Penyintas Covid-19 perlu tingkatkan kesadaran terkait long covid

Lanjutnya, banyak long-haulers, yang merasakan gejala yang sama seperti yang mereka alami ketika pertama kali melawan Covid-19, seperti kelelahan, gangguan kognitif (kabut otak), kesulitan bernapas, sakit kepala, kesulitan berolahraga, depresi, kesulitan tidur, dan hilangnya indra perasa. 

Hal ini juga dikatakan oleh  Zubairi, bahwa ada gejala-gejala saluran nafas, termasuk nafas pendek, batuk, rasa-rasa tertekan, kemudian berdebar-debar di dada. 
“Kemudian, pasien bisa juga mengalami sakit kepala pusing, kesemutan, gangguan kognitif, serta kurang tidur. Pasien juga mengalami kelainan rasa di otot, dan tulang termasuk nyeri sendi dan nyeri otot. Beberapa juga mengalami cepat capek, letih dan juga demam,” kata Zubairi.

Gejala awal yang dirasakan biasanya ketika pada hari ke-28 yang mana seharusnya gejala menghilang, penderita masih merasakannya. 

Menurut Zubairi sekitar 10% dari orang dewasa berusia 49 tahun atau lebih muda mengalami ini, dan persentase ini naik menjadi 22% pada penderita yang berusa lebih lanjut, di atas 70 tahun. 

Penderita juga harus berhati-hati ketika mengalami gejala-gejala yang berat dari Covid-19, karena berisiko timbulnya lebih besar.

Dalam penjelasannya ada lima kendala spesifik yang bisa diprediksi menjadi cikal bakal terjadi Long Covid. “Yang pertama fatigue, sakit kepala berat, kemudian nafas pendek, suara serak, dan otot nyeri. Jadi, untuk yang mempunyai gejala tersebut, dengan keluhan ini pada awal sakit Covid mungkin sekali akan berlanjut pada jangka panjang,” ujarnya.

Bagi penderita yang sedang mengalami hal ini, dianjurkan untuk gaya hidup sehat, misalnya dengan olahraga ringan setiap hari setengah jam. 
“Setelah 2-3 minggu jalannya lebih cepat sedikit, kemudian dua bulan ditargetkan bisa jalan 3 kilometer dalam waktu 30 menit, artinya olahraga teratur menjadi penting, demikian pula sayur, buah, dan protein daging, susu, telur itu juga yang jadi diperlukan sambil dikombinasikan dengan olahraga,” katanya.

Bagi penderita juga penting untuk menghindari sesuatu yang memudahkan timbulnya sesak, seperti menghindari asap, baik itu asap dapur, maupun asap sampah. 

“Selain itu berobat ke dokter menjadi penting, misalnya fibrosis paru yang bisa mendiagnosisnya hanya dokter, jadi memang apabila pasien masih mengalami keluhan sebulan lebih setelah sembuh perlu banget berobat ke dokter, paling baik adalah dokter yang mendiagnosis dan mengobati selama perawatan,” pungkasnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Terkadang mirip masuk angin, ini tanda-tanda penyakit jantung yang harus diwaspadai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×