kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurangi risiko kontak langsung saat transaksi dengan pembayaran non tunai


Rabu, 23 Desember 2020 / 09:05 WIB
Kurangi risiko kontak langsung saat transaksi dengan pembayaran non tunai


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi corona membuat mau tak mau masyarakat harus mengurangi aktivitas kontak langsung dengan orang lain untuk menekan penyebaran virus Covid-19. Pembatasan kontak langsung juga dilakukan dalam transaksi pembayaran seperti jual-beli.

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS Ledia Hanifa Amaliah, semisal, menuturkan, selama pandemi untuk transaksi pembayaran, ia lebih sering menggunakan cashless. Jika terpaksa menggunakan uang tunai, Ledia biasanya menyiasati dengan memisahkan uang kembalian yang diperoleh disisi lain tas miliknya.

"Biasanya kembalian dipisahkan disisi lain di tas, enggak masuk dompet. Terus tangan di handsanitizer. Kalau ingat disemprot diangin-anginkan. Tapi seringnya itu uang kelupaan diapa-apain [tetap didalam tas]. Kalau lupa sampai beberapa hari uang itu masih ada di tempat yang sama," kata Ledia kepada Kontan.co.id pada Selasa (22/12).

Kalau memakai kartu pembayaran pun, terkadang jika usai menggunakan kartu pembayaran, Ledia memilih membungkusnya dengan struk pembayaran yang didapatkan.

Baca Juga: Kasus meninggal akibat Covid-19 capai 200/hari, epidemiologi: Akibat libur panjang

Kata Ledia, pandemi membuat perubahan perilaku terutama dalam berbelanja atau aktivitas transaksi ekonomi lainnya. Bahkan guna membatasi kontak langsung, tukang sayur langganannya kini menerapkan sistem transfer dalam pembayaran.

"Tukang sayur dekat rumah aja sekarang pakai transfer, hanya melayani pesanan lalu dianter ke rumah digantung di pagar rumah," imbuh Ledia.

Kini, Ledia memilih menggunakan fasilitas aplikasi transfer yang tidak mengenakan biaya administrasi di dalamnya. Hal itu mengingat saat melakukan transfer melalui m-banking meski dalam jumlah kecil tetap dikenakan biaya administrasi.

"Akhirnya saya ngikutin anak-anak pakai aplikasi yang ada fasilitas transfer tanpa biaya," kata Ledia.

Sementara itu, pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono menyebut, pandemi jadi waktu yang tepat bagi masyarakat untuk beralih ke pembayaran digital.

Meski tak setinggi droplet dalam kaitannya dengan risiko penularan Covid-19, namun kontak langsung saat transaksi tunai tetap memiliki risiko. Pandu mengatakan,  tangan bisa jadi vektor banyak kuman. Artinya saat memegang uang yang sebelumnya dipegang orang lain tentu memiliki risiko tangan terkena kuman atau virus yang menempel pada uang tersebut.

"Ya tidak terlalu besar [risiko penularan lewat uang], tapi ketika terjadi transaksi cash kan ada kontak orang. Tangan kita bisa jadi vektor banyak kuman, bisa saja apapun yang kita pegang sudah terkontaminasi," jelasnya.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, Pandu melihat, cashless menjadi solusi yang lebih baik, dari segi aspek kesehatan maupun aspek kemudahan. Saat ini, sudah ada banyak pilihan aplikasi bagi masyarakat untuk mendukung transaksi cashless.

Pandu menambahkan, virus yang tertempel di benda misalnya uang tak bisa dengan cepat hilang. Uang atau benda tersebut perlu dijemur dibawah sinar matahari di ruangan terbuka.

Namun masalahnya saat seseorang mendapatkan uang kembalian tentu akan langsung dimasukkan ke dompet atau tas. Makanya, kata Pandu, ada baiknya penggunaan uang secara tunai dalam transaksi dihindari saat pandemi.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: 4 Hal penting yang bisa menghindarkan Anda dari Virus Corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×