kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cara sehat Lenywati merawat vagina laku keras hingga Afrika


Kamis, 17 Februari 2011 / 14:18 WIB
Cara sehat Lenywati merawat vagina laku keras hingga Afrika
ILUSTRASI. Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/ama.


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Tri Adi

Berangkat dari keprihatinan mendalam saat menyaksikan kematian sang ibu akibat kanker ovarium, Lenywati banting setir jadi pengusaha. Ia menciptakan produk perawatan vagina. Mengusung label herbal, kini, produknya sudah mendunia.

Gairah berkarya kadang justru terpacu oleh suatu peristiwa buruk. Hal inilah yang dialami Lenywati sebelum membangun usahanya yang bernama Tirta Ayu V Spa di Bojonegoro, Jawa Timur.

Leny, begitu Lenywati biasa disapa, bercerita, saat duduk di bangku semester pertama Jurusan Teknik Arsitek Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, ibunya meninggal dunia karena serangan kanker ovarium. Selama 1,5 tahun sebelumnya, ibunya berjuang keras untuk bertahan meski akhirnya tidak tertolong lagi.

Perjuangan sang ibu itu memberikan pelajaran berharga kepada Leny. Ia menjadi sadar betapa pentingnya menjaga kesehatan alat reproduksi, termasuk kesehatan alat kelamin. Sejak kepergian sang ibu, Leny gemar mencari informasi tentang kanker ovarium dan kesehatan vagina. Kegiatan tersebut ia lakukan di sela-sela aktivitasnya menyelesaikan kuliah hingga lulus pada tahun 1989.

Setelah lulus, Leny sempat bekerja sebagai arsitek. Bahkan, pada tahun 1991, bersama temannya, Leny berhasil membuka jasa konsultasi desain interior dengan bendera PT Duta Bangun Persada.

Meski pekerjaan menjadi arsitek cukup menyenangkan, Leny mengaku tak mendapat kepuasan batin. Pesan mendiang ibunya selalu terngiang di hatinya. “Sebelum meninggal, ibu berpesan agar saya menjalankan pekerjaan yang tidak hanya bermanfaat untuk saya sendiri, tapi juga bagi orang lain,” kenangnya.

Berbekal wasiat itu, Leny memantapkan niat untuk berkarya di seputar kesehatan reproduksi perempuan. Ia lantas menimba ilmu kecantikan dan perawatan tubuh di sekolah kecantikan International Beauty School (IBS) di Jakarta.

Lulus dari IBS, Leny melanjutkan sekolah di Comite International D’Esthetique Et De Cosmetologie (CIDESCO), sebuah badan kecantikan dunia yang berpusat di Swiss. Ia mengambil program perawatan vagina. CIDESCO menawarkan program diploma internasional di bidang estetika yang jadi acuan bagi para aesthetician atau beauty therapist. Hebatnya, Leny berhasil menyabet penghargaan the best student award karena berhasil menciptakan obat herbal untuk mengobati penyakit keputihan parah.

Lepas dari CIDESCO, Leny menyeberang ke Tiongkok untuk belajar akupresur. Ia bereksperimen mengombinasikan bekal ilmu yang ia dapat dari International Acupressure Guangzhou dengan ilmu herbal asli Indonesia. Pengetahuan ini mengantarkan Leny menjadi pembicara di sejumlah seminar tentang kesehatan perempuan.


Berawal dari Afrika

Suatu kali, Leny diajak teman ke Douala, Afrika Tengah. Bergabung dalam aksi sosial, ia membantu mengobati klamidia, penyakit seksual menular yang sedang mewabah di sana. “Saya obati dengan ratus,” katanya. Aksinya tersebut memukau para dokter di Douala.

Sekembalinya dari Afrika, pesanan produk pengobatan vagina mulai datang. Hal ini sekaligus menjadi titik awal Leny memproduksi aneka produk perawatan vagina pada awal 2008, meski masih tanpa merek. Tiap tiga bulan sekali, ia melayani pesanan 1.000 produk.

Awal 2009, Leny baru mengi-barkan bendera Tirta Ayu setelah merogoh kocek Rp 75 juta sebagai modal awal. Duit tersebut ia gunakan untuk membeli mesin-mesin produksi.

Tak disangka, sambutan pasar Afrika sangat baik. Jumlah distributor di sana bertambah menjadi empat, dua di Douala dan sisanya di Yaounde. Nama Tirta Ayu juga bergaung hingga Shanghai, China, dan Filipina.

Uniknya, Leny mengaku baru fokus menggarap pasar dalam negeri setahun terakhir. Kini, ia memiliki 11 agen di berbagai wilayah. Dalam sebulan, ia membuat 5.000–6.000 produk. Pesanan dari luar negeri masuk dua bulan–tiga bulan sekali. Sekali pesan, pembeli asing itu bisa membeli 3.000 produk. Dengan harga produk sekitar Rp 43.000 hingga Rp 250.000, Tirta Ayu bisa meraup omzet ratusan juta rupiah per bulan.

Ada 19 macam produk yang dikemas dalam ukuran 10 mililiter (ml) sampai 90 ml. Leny sengaja tidak membikin produk dalam ukuran besar lantaran daya tahan produk herbal tak lama. Kemasan dibikin kecil agar produk segera habis.

Meski begitu, tak selamanya usaha Leny lancar. Tahun lalu, usahanya sempat goyah lantaran salah satu distributornya memalsukan produk Tirta Ayu dengan kemasan yang hampir mirip. Distributor terbesarnya itu bahkan menginformasikan kepada para pelanggan bahwa pabrik Tirta Ayu sudah tutup. Meski sudah terselesaikan, kejadian tersebut memacu Leny untuk membenahi manajemen kerja Tirta Ayu.

Meski bisnisnya sempat goyah, Leny mengaku tidak trauma untuk menggandeng mitra bisnis. Buktinya, pada tahun ini, dia berniat menggenjot jumlah distributor maupun agen Tirta Ayu. Bahkan, Leny berniat menawarkan waralaba (franchise). “Target saya bisa menjaring 20 terwaralaba tahun ini,” ujarnya optimistis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×