kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biar gak stres karena tekanan politik pilkada


Kamis, 20 Oktober 2016 / 10:00 WIB
Biar gak stres karena tekanan politik pilkada


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Pada musim pemilihan pemimpin, Anda tentu sering mendengar kalimat-kalimat negatif, seperti "Hanya orang bodoh yang akan memilih A." atau "Inilah daftar kedunguan calon kepala daerah B. Cuma orang bodoh yang tidak tahu."

Dan masih banyak lagi komentar serupa, bahkan lebih sinis, berkaitan dengan situasi pilkada. Bahkan, masih banyak yang mengaitkannya dengan pilpres dua tahun lalu.

Iklim politik yang memanas membuat kita jadi terpecah-belah. Seringkali juga membuat hati kita penuh amarah dan keprihatinan, walau kita tidak terlibat langsung dalam percakapan politik di media sosial, tempat kerja atau meja makan.

Jika tidak kuat mental, bukan tidak mungkin kita akan stres, terbawa arus perpecahan dan kehidupan menjadi terasa 'pahit'. Karena itu, Anda perlu mental yang kuat selama musim pemilihan pemimpin publik.

Dilansir dari Psychologytoday.com, berikut adalah lima strategi dari psikoterapis AS, Amy Morin, yang juga penulis buku 13 Things Mentally Strong People Don't Do, agar Anda mental tetap kuat dan positif saat musim pemilihan kepala daerah / pilkada :

  • Berpikir realistis tentang masa depan

Sangat mudah untuk membayangkan malapetaka dan kesuraman jika calon Anda tidak terpilih. Tapi, prediksi bencana tidak akan membantu.

Ingatkan diri Anda bahwa ada banyak pejabat yang menjalankan pemerintahan, bukan hanya pemimpin di daerah Anda. Mereka-mereka ini turut ambil bagian dalam membentuk kebijakan publik, termasuk kebijakan di daerah Anda. Singkat kata, masa depan Anda tidak sepenuhnya bergantung pada terpilih atau tidak terpilihnya calon favorit Anda.

  • Simpan napas Anda

Beberapa orang takut jika tidak bicara dengan keras, berteriak, berpanjang-panjang berarti mereka tidak akan didengar. Pada kenyataannya, berbagi informasi tentang calon favorit Anda, sering juga tidak mengubah pikiran orang lain tentang siapa yang akan mereka pilih.

Ketika percakapan tumbuh menjadi debat kusir, tanyakan pada diri sendiri apakah itu layak dilayani.

Seringkali, tinggal diam atau tidak melayani pembicaraan yang memanas, dapat melestarikan hubungan Anda (dan kesehatan mental Anda).

  • Tetapkan batas-batas yang sehat

Anda tidak harus mendengarkan pendapat politik orang lain, terutama jika iklimnya menjadi agresif atau bermusuhan. Jika teman Anda mendorong-dorong situasi yang panas di media sosial, tekan tombol unfollow.

Ketika seseorang mencoba untuk mengubah percakapan manjadi bermuatan politik, katakanlah, "Saya sedang tidak tertarik membicarakan itu sekarang."

  • Batasi informasi

Terlalu banyak melihat komentar dan informasi politik, baik yang ada di media sosial maupun media lainnya, dapat memengaruhi pikiran dan suasana hati Anda secara langsung.

Tetapkan batas sejauh mana berita dan komentar yang ingin Anda dapat. Anda dapat tetap terlibat dalam politik tanpa harus mengikuti perkembangannya setiap detik.

  • Lihat musim pemilihan sebagai kesempatan

Daripada menyalahkan kampanye sebagai hal yang menguras emosi, lihat hal itu sebagai kesempatan untuk membangun kekuatan mental Anda.

Ingat, masa-masa sulit dapat membantu Anda tumbuh lebih kuat. Ini hanya bisa dicapai hanya jika Anda tetap realistis dan positif, sekalipun terhadap 'lawan politik’ Anda.

(Lily Turangan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×