kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,95   -19,57   -2.09%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cara AstraZeneca tekan dampak penyakit tak menular


Senin, 14 Agustus 2017 / 22:52 WIB
Cara AstraZeneca tekan dampak penyakit tak menular


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

KONTAN.CO.ID - Perusahaan farmasi multinasional, AstraZeneca, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam penanganan dan pencegahan penyakit tidak menular.

Kerjasama ini mencakup diagnosa dan manajemen terapi asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan kanker paru. Selain itu juga melakukan pengembangan lebih banyak Pusat Inhalasi dan pusat diagnostik spesialis untuk deteksi pasien kanker paru.

"Melalui penandatanganan MoU kedua ini, kami bangga telah memperluas cakupan kerja sama dengan memasukkan penyakit kronis yang sejalan dengan keahlian perusahaan kami untuk tiga tahun ke depan dalam upaya meningkatkan akses publik terhadap layanan kesehatan,” ujar Dr. Karen J Atkin, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Senin (14/8).

Berdasarkan data WHO, penyakit tidak menular menjadi salah satu penyebab tertinggi kematian di Indonesia, dimana porsinya mencapai 71%.

Data World Life Expectancy juga mengungkapkan bahwa penyakit tidak menular seperti Kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah stroke di Indonesia.

Penyakit tidak menular lainnya yang juga jadi penyebab kematian tertinggi yakni diantaranya, diabetes menjadi nomor 3 tertinggi, penyakit paru menjadi nomor 6 tertinggi, kanker paru nomor 12 tertinggi, dan asma nomor 13 tertinggi.

Oleh karena itu, sebagai pemimpin dalam pengembangan pengobatan kardiovaskuler, diabetes, respiratori dan kanker, AstraZeneca berkomitmen untuk bekerjasama dengan tenaga medis, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan penderita penyakit tidak menular mendapatkan akses pengobatan yang dibutuhkan.

Sebab, berdasarkan Indonesia Asthma Market Research tahun 2015 lalu, penyakit asma yang menjadi penyebab kematian ke-13 di Indonesia, hanya 54% yang terdiagnosa, dan hanya 30% yang terkontrol.

Menanggapi kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut, kata Karen, AstraZeneca pun menyusun beberapa program.

Program pertama di MoU yakni memfokuskan pada pengembangan dan monitoring Pusat Inhalasi yang termasuk didalamnya penyediaan Nebulizer dan edukasi di puskemas dan rumah sakit mitra.

Program ini sebagai kelanjutan program CSR periode 2014-2017 dengan Kementerian Kesehatan. Dimana pada tahun 2015-2016 sudah dibangun 126 Pusat Inhalasi kerjasama AstraZeneca dengan berbagai puskesmas dan RSUD di berbagai daerah di Indonesia.

Bagian kedua dari MoU adalah dukungan AstraZeneca terhadap program pemerintah dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) melalui pelaksanaan program kesehatan preventif dan promotif.

Pertama adalah Young Health Program yang menargetkan generasi muda di bawah umur 30 tahun, dengan fokus pada pengurangan faktor risiko penyakit tidak menular, terutama penyakit paru yang disebabkan oleh merokok.

Lalu yang kedua adalah Early Action in Diabetes, khusus dirancang untuk menurunkan risiko diabetes melalui edukasi kepada komunitas-komunitas, dan meningkatkan kemampuan diagnosa dan manajemen di tingkat Puskesmas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×